• About

unspoken mind

~ if you can't tell, just write

unspoken mind

Category Archives: beauty of Islam

The Making of Dormi(s)tory

13 Wednesday Feb 2019

Posted by Rofida Lathifah in beauty of Islam, books

≈ 4 Comments

Tags

alumni ic, blogger iaic, cerita di ic, dormistory, guru ic, insan cendekia, MAN Insan Cendekia Serpong, nilai luhur, pengalaman

IMG_5825

Dua puluh sembilan orang, mayoritas belum pernah bertatap muka satu sama lain, berhasil membuat buku dalam waktu tiga bulan. Hanya bermodalkan grup whatsapp, email serta google drive. Ada yang di Jombang, ada yang di Bandung, ada pula yang di Belanda, Jepang bahkan Selandia Baru. Bagi saya, ini adalah sebuah pencapaian yang luar biasa.

Berawal dari sebuah mimpi, ingin mempersembahkan sebuah buku untuk Insan Cendekia. Menceritakan kisah selama tiga tahun yang terjadi di sana. Insan Cendekia begitu istimewa. Karena itulah saya yakin, banyak sekali memori tangis dan tawa yang pada akhirnya membawa saya dan alumni lain menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya.

Mimpi inilah yang mempertemukan saya kepada Komunitas Blogger Ikatan Alumni Insan Cendekia. Setelah sebelumnya saya diarahkan oleh Adam, sahabat saya yang terpilih menjadi Ketua IAIC, untuk bergabung bersama tim blogger.

Bukankah dengan bersama-sama, semua akan menjadi lebih bermakna? Maka saya ungkapkan mimpi saya, disambut dengan antusias, blogger lain pun berdatangan untuk turut berperan serta.

Rapat perdana dibuka untuk brainstorming tema yang akan ditulis. Rapat dimana? Di grup whatsapp! Pukul 20.00 GMT +7. Maka Anri yang berada nun jauh di Selandia Baru harus rela menahan kantuknya.

IMG_6098

dari grup whatsapp segalanya bermula

Pembagian tema selesai, saya sebagai penanggung jawab segera membuat timeline penulisan dengan target : 14 Mei 2016 saat tes IC buku sudah bisa dihadirkan. Namanya rencana tinggal rencana. Sudah nyata deadlinenya, masih banyak juga yang minta perpanjangan submit naskah. Trus ngumpulin naskahnya gimana? Memanfaatkan teknologi yang ada, kami menggunakan google drive yang bisa diakses oleh seluruh anggota.

IMG_6055

gdrive kami

Ketika penulisan naskah usai, masalah lain muncul. Siapa yang akan menjadi editor naskah? Betapa bahagianya saya ketika anggota blogger lain dengan sukarela menawarkan diri. Diketuai oleh Kak Yosi Ayu Aulia, mereka bersedia memperbaiki naskah yang telah ada. Tidak berhenti disini, kami mencoba mencari editor yang lebih berpengalaman agar buku kami setara dengan buku-buku level nasional.

IMG_6097

diskusi urutan naskah dengan editor. antara Jombang-Belanda

Atas bantuan Kak Yosay, kami bertemu dengan Bapak Hernowo Hasim. Seseorang yang luar biasa, dengan begitu banyak pengalaman di dunia literasi. Tak hanya menulis, beliau juga pernah menjadi general editor salah satu penerbit terkemuka di Indonesia. Beliau dengan kebesaran hatinya, mau menjadi editor naskah kami. Meski tak pernah berjumpa, kami berkomunikasi melalui email.

IMG_6054

diskusi dengan editor utama

Kemudian salah satu anggota, Suci Fadhilah, mengajukan diri menjadi layouter dengan pengalaman sebelumnya pernah menjadi layouter majalah. Wow! Saya menyambut dengan senang hati. Naskah selesai di edit, masuklah ke layouter.

IMG_6099

diskusi dengan layouter tentang urutan buku

Namun kami tak juga menemukan desain cover yang nancep di hati. Maka kami pun membuat pengumuman dengan harapan akan lebih banyak lagi alumni yang bersedia untuk membuat desain sehingga kami akan menemukan satu yang pas. Disinilah kami berjumpa dengan Dafira, bersama dengan cover paling cute sepanjang masa.

IMG_6071

draft cover buku

Tentang judul, kami membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk mendiskusikannya. Berawal dari brainstorming, entah kenapa saya suka sekali dengan nama Dormi(s)tory. Gabungan dari dorm = asrama dan story = cerita. Buku ini merupakan kumpulan cerita dari kami ketika menjalani kehidupan tiga tahun di asrama Insan Cendekia. Saya mencoba search di google, belum ada yang pernah memakainya. Judul pun ditemukan. Dengan diskusi yang sedikit alot untuk subjudul, kami akhirnya sepakat dengan “Cerita Kita di Jalan Cendekia”.

Saat naskah berada di tangan layouter, saya mulai survey percetakan. Ternyata ini pun tidak mudah. Mencari percetakan dengan kualitas yang oke dengan harga yang terjangkau. Saya sudah mantap dengan satu percetakan ketika kemudian mencoba membeli salah satu buku hasil cetakannya. Begitu bukunya datang, Lhaarrr. Saya kecewa. Padahal kami harus naik cetak segera. Keputusan diambil. Kami deal dengan salah satu percetakan yang meski agak mahal, namun kualitasnya meyakinkan.

Untuk ke percetakanpun, kami hanya koordinasi via whatsapp dan email. Apakah file sudah siap cetak, bagian mana yang harus direvisi. Karena kami sama-sama tahu, bisnis adalah modal kepercayaan.

IMG_6064

akan naik cetak

Lalu, darimana uang untuk biaya percetakan? Kan pasti harus bayar uang muka? Awalnya kami sepakat untuk patungan, ketika kemudian memperoleh kabar dari Laksito bahwa dia akan mengusahakan agar kas IAIC bisa digunakan untuk membantu proyek ini. Toh ini juga proyek alumni. Betapa senangnya kami saat kemudian tak hanya memperoleh dana pinjaman, tapi juga dana hibah yang tak perlu dikembalikan. :”)

IMG_6067

dana dari Badan Pengurus Dana Alumni (BPDA)

Buku naik cetak, target penjualan dibuat, proses marketing dimulai. Ketika anggota blogger tak hanya jago menulis tapi juga mendesain, disinilah kreatifitas kami muncul. Memanfaatkan segala sosial media yang ada. Membuat kampanye untuk support buku ini, membuat poster quotes yang menggelitik, menulis blog agar masyarakat lebih mengenal kami. Proses kreatif ini tak lepas dari ide lucu Kak Nabila As’ad selaku Koordinator Komunitas Blogger.

IMG_6074

blogger yang nggak cuma jago nulis, tapi juga jago desain

Maka disinilah titik haru itu terjadi. Ketika para guru sangat senang sekali lalu ikut memesan, ketika salah satu alumni kemudian memesan banyak buku untuk diberikan secara cuma-cuma kepada semua guru yang ada di Insan Cendekia Serpong, Masya Allah. Sungguh, bukan lembaran rupiah yang kami cari. Kebahagiaan dan rasa syukur inilah sesungguhnya yang abadi.

Ketika awal tulisan ini dibuat, tim admin yang digawangi oleh Nadia sedang sangat sibuk merekap pesanan yang ada. Karena 500 buku terjual pada 24 jam pertama setelah pre order dibuka. Padahal ia adalah seorang mahasiswa. Sungguh, semoga Allah membalas segala kebaikannya.

Saat ini stok buku Dormi(s)tory sedang habis. Mohon doanya supaya bisa segera cetak ulang kembali sehingga Anda juga bisa menikmati kisah masa muda kami. 🙂

What to do in Melaka

21 Saturday Jan 2017

Posted by Rofida Lathifah in around the world, beauty of Islam

≈ Leave a comment

Tags

asam pedas, baba nyonya, cheng ho, chicken rice ball, dutch square, eejiban, es cendol, halal melaka, honeymoon, itinerary, jalan-jalan, jonker street, liburan, mahkota medical centre, malaysia, masjid kling, masjid selat, melaka, melaka tourist map, museum cheng ho, museum islam, novotel, pedang zulfakar, peranakan, peta melaka, starmart, trip

img_2536

ke hotel pake nyasar karena naik bus

Buat yang mau jalan-jalan ke Melaka mungkin bisa membantu. Melaka terkenal dengan spot cantik buat foto-foto serta cita rasa asam pedas khas masakan peranakan. Thanks to Neng Asco group yang udah ngasi banyak masukan. 😀

Dari klia2 turun ke lantai 1 tempat bus dan taksi, beli tiket ke Melaka Sentral. Saya dapet Bus Starmart 25 RM/orang. Busnya uenak, kursi sangat lebar dan ada sandaran kaki. Perjalanan sekitar 2-3 jam. Kurang tahu apakah ada perusahaan bus lain untuk rute ini. Dari Melaka Sentral ke tengah kota bisa naik bus nomer 17 atau taksi atau Uber. Saya dan suami naik bus, nunggu lumayan lama di terminal Melaka Sentral (sekitar 20 menit).

img_2524
Saya menginap di Hotel Novotel Melaka, lokasi agak jauh dari pusat turis (15 menit jalan kaki). Jadi karena menghemat tenaga, kemana-mana naik Uber karena lebih murah dari taksi biasa. Pake bus umum agak susah karena jalan banyak yang satu arah. Kalau pengen deket dengan spot turis bisa nyari penginapan di dekat Jonker Street. Ada banyak banget pilihan.

Jalan-jalan kemana? Makan dimana? Kalau gamau bingung, lihat tripadvisor aja. Pilih deh dari banyak list yang tersedia.

Place to visit :
1. Jonker Street
2. Dutch Square dan sekitarnya
3. Masjid Selat Malaka (lihat sunset sekalian Sholat Maghrib)
4. Museum Islam Melaka
5. Baba and Nyonya Heritage Museum
6. Museum Maritim
7. Cheng Ho Cultural Museum
8. Masjid Kampung Kling

img_2572

Air mineral murah 1 RM di Jonker Street

img_2544

Dutch Square dan sekitarnya

img_2557

Masjid Selat Malaka

img_2605

Museum Islam Melaka

1484035558329

Replika salah satu pedang Rasulullah

img_2594

Buya Hamka di Museum Islam Melaka

img_2616

Lihat segiempat kecil warna hitam di bagian atap? mungkin ini awal mula CCTV. Saat ada yang mengetuk pintu, tuan rumah bisa melihat dari lantai 2 siapa yang datang

img_2673

Museum Maritim

Saya yang sebelumnya masih awam banget tentang Laksamana Cheng Ho, sangat tercerahkan dengan mengunjungi Museum ini. Beliau ternyata memimpin armada sebanyak 28.000 orang saat berlayar. Menjadikan beliau pelaut ulung sebelum era pelaut Eropa. Saya juga sangat berdecak kagum saat masuk ke Masjid Kampung Kling. Salah satu masjid tertua (dibangun sekitar tahun 1800an) tapi luar biasa terawat. Mukena bersih, lantai berkarpet, tempat wudhu serta kamar mandi yang bersih dan modern.

img_2647

ilustrasi armada Laksamana Cheng Ho

img_2651

img_2624

Old but gold

img_2622img_2621img_2618
What to eat :
1. Asam pedas nyonya (menu tergantung selera mau udang atau ikan atau lainnya)
2. Chicken rice ball
3. Es cendol
4. Fresh watermelon
5. Coconut shake

img_2659

Laksa Asam Pedas Nyonya

img_2661

Coconut shake refresh your day

Fresh watermelon ini lucu banget. Semangka dilubangin trus isinya dihancurkan, dikasi es plus sendok dan sedotan. Saya pecinta semangka jadi excited banget. Penasaran dengan alat yang dipake buat ngancurin isi semangka padahal lubangnya kecil banget, ternyata pelakunya adalah mixer. Sayang masih ada bijinya. Jadi harus dikeluarin satu-satu dulu baru bisa enak nikmatinnya.

img_2657

semangka ajaib

img_2656

pelakunya adalah mixer

Sebelum minum es cendol, saya sempat membatin. Kalau sampe lebih enak es dawetnya RSI Jombang, saya mau jualan dawet di Melaka. Ternyata rasanya beda! Karena santannya didinginkan terlebih dahulu sepertinya dan sangat kental. Hampir mirip es krim atau es puter gitu. Ditambah perpaduan gula merah khas Melaka yang juga endess banget.

img_2660

es cendol nyonya

Masakan peranakan halal bisa didapatkan di deretan pertokoan dengan Hotel Novotel. Namanya EeJiban Chicken Rice Ball. Kalau laper, pesen rice ballnya yang banyak ya wkwk.

img_3273

img_2569

chicken rice ball dan udang asam pedas

Sukanya di Melaka, bahkan di tengah spot turis bisa dengar adzan dan ada mushola. Mungkin nggak banyak yang tahu, di atas Tourist Information Centre sebelah sungai itu mushola lho. Nyaman banget pula. :”)

img_2629

Surau Warisan

img_2625
Jangan lupa bawa sunblock, sunglasses, topi dan semua perangkat karena Melaka itu panas banget! Ya namanya deket pantai sih hahahaa. Atau kalau nggak mau panas-panasan, waktu siang dipake buat ke Museum aja. Dijamin adem. 😀

img_2587

rumah sakit yang sering didatangi warga Indonesia

Balik ke klia2 saya pakai transnasional bus dari Mahkota Medical Center (bus berhenti di halte dekat 7 eleven) dan kursinya kaya bus patas biasa padahal harga sama kaya Starmart. Agak kecewa sih tapi waktu itu booking tiket pake app redbus dan yang availabel cuma transnasional. Starmartnya nggak muncul hiks. Barangkali bisa jadi pertimbangan.

Selamat berlibur ke Melaka!

img_2630

peta Melaka

Kekuatan Perisai Doa

11 Sunday Oct 2015

Posted by Rofida Lathifah in beauty of Islam, family, opinion

≈ Leave a comment

Tags

agar anak mandiri, asrama, bekal untuk anak, keluarga, mandiri, pendidikan, pergaulan remaja, sekolah di luar kota

img_7130-0Berawal dari saya yang menjumpai pasien HIV-AIDS di usia muda, 33 tahun. HIV sendiri memiliki jangka waktu yang relatif lama untuk berkembang menimbulkan berbagai macam gejala. Kurang lebih 5 tahun. Bila usia 33 tahun dia sudah terdiagnosis, pada usia berapa kira-kira memperoleh virus tersebut? Ya. 27 tahun.

 
Saya berkonsultasi dengan ayah terkait pasien tersebut. Kemudian ayah bercerita tentang pengalamannya semasa SMA dan saat menempuh program pendidikan dokter spesialis (PPDS) di Malang.

 
Ayah lahir di pedalaman Nganjuk. Di sebuah desa bernama Cengkok. Dari kedua orang tua yang berprofesi sebagai petani. Mayoritas kakak-kakak dari ayah pernah mengenyam pendidikan pondok pesantren. Ayah sendiri saat SMA, merantau ke Malang untuk bersekolah di SMA PPSP (saat ini SMAN 8 Malang).

 
Sering sekali saat sekolah, beliau diminta teman sekelasnya untuk mengajari materi yang tidak dipahami di sekolah. Ayah diajak ke rumah mereka kemudian diberi berbagai hadiah sebagai ucapan terima kasih. Saat itu pesan kakak dari ayah hanya satu, jangan menginap bila belajar. Maksimal jam 9 malam harus sudah pulang ke kos. Aturan tersebut dipatuhi ayah. Sampai suatu ketika, ayah mau tidak mau harus menginap di rumah temannya.

 
Bila jam 9 biasanya sudah terlelap, tidak demikian saat menginap di rumah teman. Ayah masih ngobrol kesana kemari, hingga hampir tengah malam kemudian merasa lapar dan memutuskan mencari makanan di luar. Ketika akhirnya membeli makanan di luar, ternyata teman-teman ayah yang lain ikut menyusul dan bergabung. Kemudian tercetuslah ide untuk “mengganggu” orang-orang yang pacaran di sekitar lokasi sekolah. Pada zaman itu, di sekitar sekolah masih sepi, banyak pepohonan sehingga menjadi tempat favorit untuk pacaran.

 
Nah bagaimana teman-teman ayah mengganggu mereka? Dengan meminta uang. Istilah kerennya “malak”. Awalnya ayah tidak sadar. Untuk teman-teman ayah, hal itu hanya jadi keisengan saja. Namun kemudian ayah berpikir, lho kalau kayak gini aku lak jadi preman? Kerjaannya malakin orang. Sejak saat itu, ayah tidak pernah menginap di rumah teman lagi.

 
Menurut penuturan ayah, beliau bisa sadar bahwa itu perbuatan yang tidak baik berkat doa dari orang tua. Mereka tidak tahu apa yang dikerjakan ayah di Malang. Namun mereka selalu menyebut ayah dalam doa, memohon supaya ayah selalu dalam perlindunganNya.

 
Biasanya kenakalan terjadi karena berawal dari ajakan seorang teman dekat yang tidak bisa ditolak. Kita sungkan kalau nggak ikut. Kita kan perantau, dari desa yang pindah ke kota. Sekali-kali melihat kehidupan kota itu seperti apa.

 
Bagi orang tua, menyekolahkan anak ke luar kota juga merupakan hal yang seringkali tidak bisa dihindari. Untuk mendukung anak-anaknya mencari ilmu, mereka menyediakan segala fasilitas lengkap. Diberi rumah, mobil, pembantu, sopir, dan lain-lain. Dengan harapan sang anak dapat menimba ilmu dengan sebaik-baiknya.

 

 

Ada hal yang terlupakan. Sebuah kontrol. Ketika anak berada jauh dari orang tua, mereka akan sering menghabiskan waktu bersama teman. Teman seperti apa yang ada di lingkungan anak kita? Benarkah anak kita sudah bertindak di jalan yang benar? Atau justru malah menyimpang?

 
Saat PPDS di Rumah Sakit Saiful Anwar Malang, ayah pernah menjumpai pasien seorang mahasiswa. Masuk rumah sakit karena tidak sadar. Setelah diperiksa lebih lanjut, pasien itu diperkirakan mengalami over dosis obat terlarang. Orang tua datang tergopoh-gopoh dari luar kota, menanyakan kondisi sang anak.
Setelah diberi penjelasan, beliau bercerita. Bahwa dia sudah memberikan segalanya untuk sang anak. Pasien dan adiknya menempuh pendidikan di Malang, diberi segala fasilitas. Tidak menyangka bila akan menjadi begini. Padahal selama ini, mereka baik-baik saja menurut pembantu dan sopir yang ikut bersama mereka. Usut punya usut, sang adik juga sudah terpengaruh obat, dan rumah mereka menjadi basecamp untuk teman-temannya “ngobat”.
Belum lama ini kita juga disuguhi berita tentang salah satu mahasiswa di Malang yang mengancam pacarnya untuk mencarikan perempuan lain yang masih perawan. Bila tidak dituruti, foto-foto sang pacar akan disebar. Ternyata sang pacar sudah tertekan dalam waktu yang lama. Dia sering dipaksa melayani nafsu di rumah mahasiswa itu. Di rumah tidak ada siapa-siapa karena memang sang mahasiswa berasal dari luar kota.

Betapa hancur hati orang tua. Ketika sang anak melakukan hal yang menyimpang dari jalanNya. Namun mungkin sebagai orang tua juga perlu introspeksi diri. Sudah cukupkah bekal yang diberikan untuk anak? Tidak hanya materi. Tapi juga spiritual. Agar mereka mampu berdiri tegak di tengah terjangan godaan dunia. Banyak juga anak yang sukses meski jauh dari orang tua dan diberi rumah sendiri. Hal itu tidak lepas dari kontrol yang baik tentunya.

Sudahkah mendoakan anak-anak kita? Ataukah kita hanya peduli pada nilai mereka? IP dan prestasi mereka? Lupa bahwa sang anak berada di tengah rimba kehidupan. Kemaksiatan bisa mengintai kapan saja.
Ayah saya sendiri lebih memilih untuk menitipkan anaknya di sebuah lembaga atau sekolah yang terpercaya. Paling tidak sang anak akan diatur dalam sebuah sistem. Bila sistemnya belum bagus, ayah akan membantu memperbaiki dengan kapasitas sebagai wali murid. Sang anak juga sudah dipersiapkan jauh-jauh hari tentunya. Agar tidak kaget bila berhadapan dengan sistem tersebut.
Bila pilihan sudah diambil, apakah berhenti sampai disana? Tentu tidak. Pekerjaan menjadi orang tua tidak pernah berhenti hingga bertemu di surga nanti. Untuk itu bagi para orang tua, sebutlah anakmu selalu dalam doa. Untuk para anak, mintalah perlindungan hanya padaNya. Setan tidak akan pernah berhenti menggoda. Dan hanya Allah Sebaik Baik Penjaga.

Mengapa Harus Insan Cendekia?

24 Thursday Sep 2015

Posted by Rofida Lathifah in beauty of Islam, opinion

≈ 13 Comments

Tags

asrama, boarding school, insan cendekia, madrasah, man, MAN Insan Cendekia Serpong, sekolah terbaik, sma

IMG_1339Pada tahun 2005 silam saat ditanya ingin melanjutkan sekolah SMA kemana, dengan mantap saya menjawab SMAN 3 Malang. Saya ingin merasakan suasana yang berbeda. Mengingat sejak TK hingga SMP, saya selalu bersekolah di madrasah.

Namun kepala sekolah mengatakan bahwa ada sebuah sekolah yang bagus, terletak di Tangerang. Dulu ada kakak kelas 3 tahun di atas saya yang melanjutkan kesana, tapi kemudian belum ada penerusnya.

Saya masih ingat betul, saat itu awal kelas 2 SMP. Ayah mengajak saya berkunjung ke Insan Cendekia Serpong sepulang dari lomba di Palembang. Hanya sekedar melihat-lihat saja kata beliau.

Awal masuk gerbang, berasa eksklusif sekali. Hanya ada satu jalan, Jalan Cendekia yang menuju ke kompleks sekolah. Wah sekolahnya besar sekali. Terasa luas dan lengang karena saat itu masih jam pelajaran.

Setelah bertemu dengan pegawai di tata usaha untuk menanyakan beberapa hal terkait Insan Cendekia (saya lupa saat itu bertanya apa saja), kami berjalan mengelilingi kompleks sekolah. Melihat gedung sekolah, gedung asrama, masjid dan sekitarnya.

Sempat beberapa kali berpapasan dengan siswa, dan yang membuat takjub lagi, mereka mengucapkan salam pada kami sambil tersenyum. Jujur saat itu saya terpesona.

Ketika kemudian nama saya masuk ke dalam list 120 anak yang diterima di MAN Insan Cendekia Serpong (MAN IC), rasa-rasanya hampir tidak percaya. Pasti cuma mimpi! Namun berapa kalipun saya membaca, nama saya tetap berada disana.

Masuk asrama bukan hal yang baru bagi saya. Bila teman-teman diantar oleh keluarganya ketika awal tahun pelajaran, saya cukup ditemani Ayah. Sejak saat itu, mulailah perjalanan hidup saya di MAN IC.

Satu minggu menjalani MOS cukup membuat saya menangis dan ingin pulang saja (seumur-umur saya belum pernah sebegitu kangennya pulang ke rumah). MOS yang sangat melelahkan fisik terutama jiwa. Namun menjadi bekal utama kami dalam mengarungi tiga tahun fase kehidupan di dalamnya. Tentang MOS di MAN IC bisa dibaca disini

Setelah resmi menjadi siswa MAN IC, dunia akademik pun dimulai. Saya berkenalan dengan banyak teman baru terutama dari Jakarta dan sekitarnya, rata-rata mereka berasal dari SMP umum (bukan madrasah) yang kemampuannya tidak diragukan lagi. Di MAN IC lah saya belajar bahasa elo-gue yang biasanya cuma bisa dengar dari sinetron televisi meski terdengar aneh dengan logat Jawa saya yang begitu kental. XD

Dalam satu semester, kami dibagi menjadi empat blok. Di setiap akhir blok akan ada ujian yang hasilnya masuk nilai raport. Tes blok pertama saat kami kelas satu adalah hal yang sangat krusial.

Mengapa? Bayangkan saja. Di tes blok tersebut, seseorang yang saat SMP begitu jagoan di bidang matematika, bisa mendapatkan nilai 40 saja. Tentu hal itu sangat menggemparkan dunia. Meruntuhkan kesombongan kami karena telah diterima disana. Menampar kami. Menyadarkan kami bahwa perjalanan kami masih panjang untuk menjadi siswa MAN IC yang sesungguhnya.

Rutinitas sehari-hari sudah terasa. Bangun pagi, sholat subuh di masjid, mengaji, sarapan pagi, sekolah, sholat dzuhur plus makan siang, sekolah lagi, sholat ashar, waktu bebas, sholat maghrib, mengaji, makan malam, sholat isya, belajar, tidur.

Terlihat begitu membosankan bukan?

Eits jangan salah. Untuk bangun pagi sholat subuh di masjid, butuh tenaga dan kekuatan ekstra dalam melakukannya. XD

Adegan antri mandi (tapi gamau jadi yang pertama karena mager dan gamau jadi yang terakhir karena pasti telat), adegan berlari-lari mengejar apel pagi sampai nggak sempat sarapan.

Disaat siswa lain harus bangun pagi dan menempuh perjalanan panjang untuk ke sekolah, kami menghabiskan waktu dengan mencuci baju, membaca buku, atau yang lainnya. Karena sekolah kami bisa ditempuh dengan 5 menit jalan kaki dari asrama.

Pelajaran jarang yang menjadi membosankan (kecuali Bahasa Arab yang waktu itu benar-benar menjadi momok bagi hampir seluruh siswa), karena guru-guru kami yang begitu kreatif dalam mengemasnya.

Masya Allah. Bila teringat pada guru-guru MAN IC, beliau benar-benar seorang pendidik. Dari tidak tahu menjadi tahu. Dari tidak bisa menjadi bisa. Mendidik dengan adab. Dengan memberi contoh. Menjunjung tinggi kejujuran serta keikhlasan dalam bekerja. Semata-mata hanya ingin anak Indonesia, seorang muslim, memiliki jiwa intelektual tinggi dibarengi iman yang kuat.

Bila kamu merasa keberatan dengan mata pelajaran di sekolah, jangan sungkan-sungkan menemui guru di rumah dinas. Mereka akan menerima dengan tangan terbuka. Pun ketika hasil tes blok belum memenuhi batas minimal nilai, mereka akan memberikan remidi (berapa kalipun) agar kamu bisa melalui nilai tersebut.

Sungguh, kesabaran beliau-beliau dalam mendidik sangat besar sekali. Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmatNya kepada mereka.

Tinggal di asrama tidak serta merta membuat dirimu kuper. Saya tahu flash disk pertama kali juga dari sana (saat saya mau memasukkan disket ke CPU tapi nggak ada tempatnya hahahahaha). Saya menemukan teman dekat yang bisa diajak berbagi kisah bahagia maupun sedih, yang dengan senang hati bisa kita curhati 24 jam. Nggak boros ongkos pulsa. Yang tanpa kita tahu nantinya mereka akan menjadi sahabat terbaik kita di masa depan.

Di MAN IC hanya boleh keluar asrama setiap 2 minggu. Bergantian antara siswa laki-laki dengan perempuan. Hal itu tidak menjadikan kami kurang akal biar nggak bosan. Setiap minggu hampir selalu ada acara dari OSIS. Sebut saja event tentang seni, jurnalistik, lingkungan, olahraga, bahasa, agama, sosial, pendidikan, dan lain-lain. Baik itu perlombaan antar kelas maupun antar angkatan. Menjadikan kami begitu solid dan kreatif hampir setiap harinya.

Diluar event dari OSIS, di MAN IC juga ada liga lho. Tapi khusus laki-laki. Keren banget macem EPL sama WBL gituu. 😀 Jadi ada tim sepak bola dan tim basket. Waktu pertandingan terjadwal. Sampai ada bursa transfer segala! Kece banget kan? Nanti di akhir musim, akan ada penyerahan trofi. Bangga banget rasanya kalau tim kita yang jadi juaranya! Ps : untuk yang perempuan, bisa bergabung dengan menjadi manager dengan menyediakan snack dan makanan kala pertandingan.

Kalau ada yang bilang makanan di asrama itu nggak enak, nggak sepenuhnya salah. Tapi selama di IC, porsi makan saya selalu besar. XD dan udah pasti dijamin sehat lah ya. Dapet makan tiga kali sehari. Sudah melalui tim gizi pula daftar menunya.

Jangan khawatir kamar nggak bersih. Program dari OSIS akan mengharuskan kamu selalu membuat kamarmu dalam keadaan bersih. Karena mereka akan sidak sewaktu-waktu. Dan mengumumkan kamar terkotor serta menampilkan foto kamarmu ke seluruh penghuni Insan Cendekia. Duh, malu banget deh kalo udah kaya gitu!

Bila kamu merasa sedang down dan nggak tahu mau curhat kemana, ada pembina asrama yang selalu siap mendengar serta memberi masukan. Untuk kamu yang homesick, untuk kamu yang stres dengan pelajaran, untuk kamu yang sedang berantem dengan teman, dan lainnya.

Bila sakit, ada klinik dengan dokter dan perawat yang Insya Allah siaga 24 jam. Kebetulan saya pernah bermalam disana. Masya Allah. Kesabaran dan ketelatenan para tim medis membantu saya agar lekas diberi kesembuhan.

Saat liburan adalah saat yang amat dinanti. Namun layaknya banyak kenikmatan, akan terasa cepat sekali berlalu. Kembali ke asrama adalah hal yang sangat tidak mengenakkan jiwa dan raga. Mengingat berbagai ujian dan tes yang terpampang di depan mata. Seringkali perut ini berulah bila sudah gedung sekolah sudah terlihat. Mules, sakit tak karuan. Tapi tetap saja. Masuk asrama, bertemu kawan lalu sibuk bercerita panjang lebar hingga fajar tiba. 😀

Mengapa MAN IC?

Karena dia lah yang membuat saya bertakbir, memuja namaNya saat melihat sebuah madrasah masuk dalam daftar pemenang olimpiade nasional maupun internasional.

Mengapa MAN IC?

Lupakan senioritas. Saat menjadi adik kelas, pasti hafal dengan semua nama kakak kelas. Jangankan dibully, kami justru banyak mengidolakan mereka. Yang menyenangkan lagi, mereka tidak serta merta membuat jarak. Justru merangkul dengan mesra, menuntun adik-adiknya untuk melangkah bersama.

Mengapa MAN IC?

Sekolah dengan guru BK terbaik. Tahu detail tentang hampir semua universitas, pilihan jurusan, cara masuk, passing grade, program beasiswa, dan lain sebagainya. Bu Rini, guru BK ajaib kami. Pernah saya tulis disini.

Mengapa MAN IC?

Karena disana saya tahu, bahwa akademik anak madrasah nggak kalah jago sama sekolah umum. Meski kita juga diberi banyak pelajaran agama.

Mengapa MAN IC?

Karena sekolah asrama, mengharuskan kami menata hidup dengan tertib. Yang akan kami bawa kelak pada fase kehidupan selanjutnya.

Mengapa MAN IC?

Sekolah yang membuat salah satu staf hotel di Anyer kagum saat kami mengadakan perpisahan kelulusan. Takjub dengan berbagai ketertiban kami. Mulai dari antri makan, pengaturan duduk laki-laki perempuan, pengaturan penginapan, menjadi hal yang aneh saat kami tidak ribut tentang hal-hal tersebut. Membuat mereka bertanya. Sekolah macam apa yang mendidik siswanya sedemikian rupa.

Mengapa MAN IC?

Satu-satunya tempat dimana saya melihat siswa laki-laki saat sekolah berpakaian rapi serta menenteng file holder dan nggak cuma satu orang. XD

Mengapa MAN IC?

Kami belajar, kami berorganisasi, kami bersosialisasi, kami memperdalam agama, kami belajar hidup, menghormati orang, belajar etika. Dua puluh empat jam setiap harinya.

Mengapa MAN IC?

Telah mengubah saya, dan banyak teman saya. Menjadi orang yang lebih berguna bagi agama, keluarga dan bangsa. Kami dulu menolak mentah-mentah bila disebut santri. Plis deh, IC bukan pesantren! Hahahaa. Begitu elak kami.

Namun melihat metamorfosa rekan saya, sungguh. Insan Cendekia menjadi penempaan berlian yang indah. Mengajarkan agama tanpa menggurui, memberi contoh yang bisa diterima oleh diri ini.

Ya, itulah penjara suci kami. MAN Insan Cendekia Serpong, yang selalu di hati. 🙂

Ramadhan dalam Ingatanku

16 Thursday Jul 2015

Posted by Rofida Lathifah in beauty of Islam, social life

≈ Leave a comment

Tags

1436, 2015, cerita, keluarga, kisah, koas, mudik, puasa, ramadhan

taken from http://www.wallallies.com/ramadhan-2015-hd-wallpaper-4-for-desktop-background/

taken from http://www.wallallies.com/ramadhan-2015-hd-wallpaper-4-for-desktop-background/

Apa yang kau ingat tentang Ramadhan?

Seingatku, aku mulai puasa sejak kelas 1 SD. Masih setengah hari. Setiap dzuhur senang sekali. Meski di ajak Ibu ke pasar untuk berbelanja mukena, aku tetap diberi makanan untuk berbuka. Kemudian melanjutkan lagi puasanya.

Yang kuingat tentang Ramadhan, aku menangis tersedu hingga ketiduran. Kala itu kelas 2 SD. Hari kedua berpuasa. Adzan dzuhur sudah berkumandang, Ibu telah selesai memasak makanan untukku berbuka. Aku pun siap menyantapnya.

Tapi Ayah memarahiku. “Puasa apa cuma setengah hari? Nggak boleh berbuka!”

Lalu Maghrib datang dan mataku terbuka. Sejak hari itu, puasaku telah utuh sempurna.

Yang kuingat tentang Ramadhan, hari-hari pertama aku sibuk membuat daftar makanan untuk berbuka. Sudah kusiapkan semua. Saat berbuka tiba, ternyata perut tak mampu menampungnya. Aku hanya lapar mata!

Yang kuingat tentang Ramadhan, saat tarawih sibuk mencatat nasihat imam. Di akhir ceramah, aku akan mengantri meminta tanda tangan. Lalu aku akan bangun jam 2 pagi untuk ikut berkeliling membangunkan sahur orang-orang.

Yang kuingat tentang Ramadhan, aku sibuk sekali ikut pesantren kilat. Dalam sebulan, hanya hitungan jari aku di rumah bersama keluarga. Aku jadi punya banyak teman.

Yang kuingat tentang Ramadhan, seminggu terakhir aku akan berada di pedesaan. Di rumah kakek nenek tersayang. Tanpa Ayah dan Ibu. Hanya aku dan adik-adikku. Apa yang kulakukan? Banyak sekali, Kawan! Aku akan mengaji, aku akan membersihkan rumah, tarawih, hafalan Al-Qur’an dan takbiran. Yang istimewa, saat tengah malam aku akan diajak ke Masjid untuk sholat bersama. Baru aku tahu bahwa yang kulakukan dulu disebut i’tikaf.

Lekat sekali di ingatanku. Suatu hari sepulang i’tikaf, tanpa sengaja aku menengadahkan kepala. Menatap langit yang kukira gelap gulita. Namun aku salah besar. Langitnya bercahaya! Seakan berjuta bintang sedang berkumpul. Menatap manusia yang sibuk memujaNya.

Yang kuingat tentang Ramadhan, saat itu aku di Arab. Setiap kali masuk masjid, hawa yang terasa hanya ibadah. Shalat, mengaji, dan berdoa tanpa lelah. Ketika waktu berbuka tiba, penduduk sekitar akan berbondong-bondong memberikan makanan yang mereka punya. Kurma, air, roti, dan susu kambing. Bayangkan betapa baiknya mereka.

Yang kuingat tentang Ramadhan, saat itu Syria masih damai. Aku berbuka dan makan sahur dengan nasi mandi. Khas timur tengah. Hari pertama masih muntah, hari terakhir malah nambah. Saat berbuka, jangan harap ada toko yang buka. Jalan raya sunyi senyap tak satupun orang lewat. Shalat tarawih di masjid sekitar, bertemu istri Syaikh dengan senyum yang menawan hati. Malam hari mengelilingi pasar, sungguh indah karunia Allah. Tanah yang gersang bisa tumbuh bebuahan lezat dengan harga sangat hemat.

Yang kuingat tentang Ramadhan, aku sudah koas di salah satu rumah sakit. Pertama kali jaga UGD bagian anak. Menangis ingin pulang. Saking sibuknya sampai harus diingatkan oleh PPDS untuk sahur dan berbuka. Malah beliau dengan baiknya mengambilkan makananku agar aku sempat melahapnya.

Ramadhan kali ini, aku bersama suamiku, ayah dan ibu serta adik-adikku. Setelah bertahun-tahun berlalu. Maklum. Aku anak rantau. Aku menyiapkan sahur, menyiapkan makanan berbuka, memastikan semua berjalan dengan baik meski belum sempurna.

Ramadhan kita mungkin berbeda cerita. Antara sendiri dan bersama, antara dekat keluarga maupun jauh di luar kota. Tapi aku percaya, kita semua masih bisa bertemu dalam doa. 🙂

Semoga masih bertemu dengan Ramadhan selanjutnya.

Apa yang salah?

19 Sunday Apr 2015

Posted by Rofida Lathifah in beauty of Islam, opinion

≈ 5 Comments

Tags

forensik, gangguan jiwa, membunuh, retardasi mental, sabar, sholat, tuhan, warih wilianto

pict taken from http://ronywijaya.com/manfaat-shalat-tahajud-2-kisah-nyata/

pict taken from http://ronywijaya.com/manfaat-shalat-tahajud-2-kisah-nyata/

Maaf. Seperti tidak bertuhan.
Tidak dipinjami uang, seorang cucu rela membunuh neneknya.
Tidak tahan dengan suara berisik, seorang ayah tega membunuh anaknya.

Suatu saat ketika kuliah forensik, salah satu dosen saya, dr.Warih Sp.F pernah berkata.
“Disini kita belajar bagaimana membedakan pembunuhan dengan bunuh diri. Bagaimana membedakan kematian yang wajar dan tidak. Mungkin kita bisa jadi pembunuh yang handal, yang mampu menyamarkan apa yang kita lakukan menjadi sesuatu yang wajar. Namun untuk membunuh, butuh keberanian. Keberanian yang sangat besar”.

Saya kira selama ini untuk membunuh perlu alasan kuat, nyatanya tidak.

Atau sebenarnya bagi sebagian orang, membunuh karena tidak dipinjami uang itu logis? Membunuh karena tidak tahan dengan suara berisik anak itu logis?
Otak saya nggak nyampe.

Ya, bisa jadi si pembunuh mengalami gangguan mental. Sehingga ia tidak merasakan apapun saat membunuh. Otaknya mengalami gangguan. Layaknya orang mati rasa. Namun apakah semua pelaku juga demikian?

Bila mempunyai Tuhan, seharusnya tidak membunuh. Tidak dipinjami uang, bisa pinjam orang lain atau menjual barang milik pribadi. Bila tidak tahan suara berisik anak, bisa menenangkan. Meminta bantuan istri, atau paling simpelnya keluar dari rumah aja sebentar.

Bila mempunyai Tuhan, seharusnya ingat bahwa membunuh itu berdosa. Kecuali membunuh kafir yang mengganggu kita layaknya zionis Yahudi.

Hari ini dalam bus perjalanan Jombang-Surabaya, saya menyaksikan seorang pengamen yang saya duga mengalami retardasi mental (RM), dipukuli oleh pengamen lain. Alasannya karena si pengamen RM tersebut sudah terlalu lama mengamen sehingga tidak memberi kesempatan kepada pengamen lain. Ya, dipukuli di dalam bus. Sampai sopir menghentikan bus untuk menurunkan mereka. Pengamen RM sama sekali tidak bisa melawan, hanya menutupi wajah dengan tangan sambil sesekali berteriak, “Ibu..ibu..”
Pengamen yang memukuli, wajahnya beringas berkata “tak pateni kowe lek mudun, tak pateni kowe!”. Suami saya berusaha menarik bajunya untuk melerai tapi tidak berhasil, terlalu kuat. Seorang lagi berusaha melerai, tangannya digigit. Alhamdulillaah akhirnya berhasil diamankan oleh kondektur. Saat mereka turun, saya semakin yakin bahwa pengamen yang dipukuli mengalami retardasi mental karena wajahnya tampak datar saja. Tidak marah, tidak bersedih. Hanya tatapan kosong. Bahkan dia belum sempat mengedarkan kantong untuk menerima receh dari para penumpang.

Mungkin tidak ada yang mau mengurusi pengamen RM tersebut, sehingga dia harus mencari uang sendiri untuk kebutuhannya. Mungkin memang sulit untuk berkomunikasi dengannya, sehingga orang lain tidak sabar. Mungkin memang sulit membuatnya mengerti, karena memang dia butuh waktu lebih lama.

Atau mungkin si pengamen lain sangat butuh uang sehingga waktu yang hanya sedikit saja begitu berarti untuknya? Harga kebutuhan pokok yang mencekik begitu membuatnya tertekan sehingga mudah saja untuk memukul. Seperti (maaf) tak bertuhan.

Karena bila bertuhan, seharusnya tahu bahwa rezeki tidak akan tertukar. Karena bila bertuhan, seharusnya tahu bila sabar adalah salah satu jalan pertolongan Tuhan.

Mengelola Cinta Tanpa Terkena Dosa

28 Sunday Sep 2014

Posted by Rofida Lathifah in beauty of Islam

≈ 6 Comments

Tags

cinta dalam islam, cinta tanpa dosa, kajian cinta, kasein fkub, lki fkub, memilih jodoh, memilih suami, mengelola cinta, mengelola cinta tanpa terkena dosa

taken from LKI FKUB

taken from LKI FKUB

Ada yang sedang jatuh cinta? 😀

Berawal dari seminggu yang lalu saat perjalanan menuju ke Malang. Saya dihubungi oleh adik kelas dari FKUB yang ternyata adik kelas IC namun tidak pernah berjumpa karena lima tahun dibawah saya.

A : “Mbak, apa besok bisa isi kajian di FKUB?”

S : “Insya Allah. Saya izin suami dulu ya. Materinya tentang apa?”

A : “Mengelola cinta tanpa terkena dosa, Mbak”.

Langsung kaget saya. Nggak sembarang materi. Meski terkesan menye-menye karena -lagi-lagi tentang cinta- tapi sesungguhnya amat berat karena ada embel-embel “tanpa terkena dosa”. Seolah saya ini tanpa dosa.

S : “Dek. Rasanya banyak yang lebih pantas untuk isi materi tentang itu daripada mbak..”

A : “Nggak apa2 mbak. Kami percaya sama mbak kok. Nanti saya kirim TOR nya ya ke email mbak”

Baiklah. Bismillah. Sampai h-1 baru menghubungi berarti memang semua ustadzah yang biasa ngisi berhalangan. Tapi kan aku bukan ustadzah. Mau nangis rasanya.

Setelah menenangkan hati dan berpikir rasional, oke saya terima. Dengan niat ingin membagi pengalaman tentang apa yang sudah saya lalui hingga saat itu dalam perjalanan menemukan cinta, saya menerima tawarannya.

Sejak dari awal saya takut sekali membagikan ilmu yang salah. Oleh karena itu saya wanti-wanti kepada adik-adik yang ingin mendengar pengalaman saya, bila tidak setuju atau merasa ada yang salah, segera mengingatkan saya. Saya pun tidak mengajar tentang syariat karena saya sadar masih kurang sekali tentang hal itu. Niat saya berbagi, agar mereka tidak melakukan kesalahan yang saya lakukan serta bagaimana menghindarinya. Pun agar mereka memiliki tempat berkeluh kesah bilamana tak ada lagi yang mereka percaya untuk menumpahkan kegelisahan hati.

Malam saat membuat materi, saya diskusi dengan suami. Lebih ke curhat sih.

S : “Kak, aku bingung besok mau isi materi apa. Aaaarrghhhh”

K : “Yasudah, ceritakan aja proses kita kayak gimana. Kali banyak yang penasaran. Hihi”

S : “Yeee pede bangeet. Dasar selebritis”

Saya pun membuat materi berdasarkan TOR dengan bantuan suami. Tidak sempat membuat powerpoint, hanya menuliskan di notes agar besok menjadi catatan sata saat berbagi kisah.

Esok harinya sebelum isi materi, saya mules. Berkeringat dingin, bertingkah polah nggak jelas di depan suami sampai dia ketawa.

K : “Kamu kenapa tho. Lucu banget kalau lagi nervous”

S : “Iya aku grogiiii mau isi materi. Ntar kalau banyak yang dateng gimana? Kalau ada yang tanya trus aku ga bisa jawab gimana? Kalau aku ngajarin yang salah gimana? Aduh lima menit lagi. Aduh aku harus gimana kaaakk”

K : “Tuh tuh banyak banget lho yang ke mushola mau dengerin cerita dari kamu”

Dasar iseng. Istri lagi grogi dibikin makin grogi. Dihampirilah saya oleh Uci, adik kelas saya dari IC.

U : “Mbak acaranya udah mau mulai. Mari ke mushola”

Saya pun masuk mushola diiringi senyum jahil dari suami yang mau Sholat Jum’at. Sempat melihat chat dari dia yang berbunyi, “Semangat ya ngisi materinya. Kamu pasti bisa :)”

Yeah. The show must go on.

Ada beberapa wajah yang saya kenal -makin tambah grogi-. Tapi lebih banyak yang belum saya kenal. Semuanya pun belum menikah. Rata-rata masih semester 3 atau 5. Mungkin saya dianggap pantas karena lebih dulu menikah. Bisa jadi. 🙂

Setelah perkenalan agar suasana terasa lebih akrab, dimulailah materi hari itu.

Pertama tentang beda antara cinta, suka dan simpati. Rumit sekali. Dan kenapa harus dibedakan juga ya? Mungkin agar tidak salah mengartikan isyarat hati. Hehe.Berbagai macam definisi yang disajikan, saya mengambil dari KBBI. Simpati adalah merasakan apa yang dirasakan orang lain. Bila orang lain senang, kita senang, bila orang lain sedih kita ikut sedih. Yang demikian bukanlah hal yang membangun. Karena kalau sama-sama sedih, trus yang menyelesaikan masalahnya siapa?

Antara suka dan cinta, memang terasa sedikit sekali perbedaannya. Cinta pun bisa diartikan suka. Namun saya mencontohkan, suka adalah seperi anak kecil yang menyukai mainan. Merengek-rengek minta dibelikan, kalau tidak dibelikan nangis, kalau dibelikan, dipakai mainan sebentar lalu ditinggalkan. Bosan. Seperti inilah mungkin cinta monyet. Menggebu-gebu seakan berkata cinta, namun tidak untuk menjaganya. Tidak menjaga cinta agar tetap tertuju padaNya.

Cinta itu layaknya ibu ke buah hatinya. Lahir pun belum, sudah dicinta dengan segenap hati. Diberikan yang terbaik, disiapkan yang terbaik. Berkorban sampai mempertaruhkan nyawa, pun tak enggan memarahi bila memang sang buah hati melewati batas.

Cinta bukan pasrah. Cinta bukan air mata. Namun cinta juga tak melulu bahagia.

Baru saya sadari, cinta tak lain hanya padaNya. Cinta pada suami, pada orang tua hanya bagian kecil dari usaha mencintaNya. Sungguh malu saat dulu saya pernah seakan-akan menantangNya. Yakin sekali berjodoh dengan seseorang hingga mendahului takdirNya.Betapa banyak yang menasehati saya, namun saya menutup hati. Beruntung mereka tidak lelah mengingatkan. Hingga hati perlahan terbuka, sadar bahwa saya telah melakukan kesalahan besar dengan membenciNya.

Sesungguhnya yang mengajak kita menjauh dariNya bukanlah cinta.

Lalu bagaimana tanda seseorang jatuh cinta?

Ah ini pasti semua pernah merasakannya. Ngaku deh..Ingin hanya dengannya dan tiba-tiba dunia menjadi melulu tentangnya. Tentang apa yang ia suka, tentang apa yang ia lakukan, dan mendadak kita pun menjadi fans karbitan. Berusaha menyukai apa yang dia suka. Gelisah bila tak jumpa, mencari bila tak kunjung tiba. Aihh. Berasa indah sekali ya.

Satu pengalaman yang tak akan pernah lupa. Menyadarkan bahwa saya memang benar-benar jatuh cinta ke suami saya. 🙂

Sejak akad nikah, kami selalu berdua. Kebetulan ada acara di Depok sehingga saya dan suami ber”scientific honeymoon” di sana. XD

Saat pulang ke Malang pun, bila suami ada acara di kampus, saya ada acara di tempat lain sehingga kami berangkat bareng. Suatu saat saya tidak ada keperluan sehingga suami sendirian ke Malang. Saya di rumah Singosari.

S : “Pulang jam berapa kak?”

K : “Jam 2 paling selesai. Tapi kalau temen2 mau ngajakin belajar lagi ya paling aku ikut sekitar sampai Maghrib”

Saat itu suami sedang intensif persiapan Ujian Kompetensi Dokter Indonesia (UKDI).

Setelah menyelesaikan berbagai hal di rumah, tak terasa sudah sore. Bersiap menyambut suami pulang. Tapi Maghrib sudah lewat, dirinya tak kunjung tiba.

M : “Loh Mas Iil pulang jam berapa?”

S : “Kata Mas Iil sih Maghrib, Bu. Ini tadi saya hubungi nggak diangkat. Mungkin masih perjalanan”

Ibu mertua pun sudah menanyakan suami. Saat saya di kamar lantai dua, tiba-tiba terdengar suara motor dan suami. Sungguh, melihatnya pulang dalam keadaan selamat adalah hal terbaik yang pernah saya alami. Belum pernah merasa sebahagia itu :”)

S : “Terima kasih ya kak sudah pulang dengan selamat :)”

Saya menyambutnya dengan senyuman lebar dari lubuk hati terdalam. Mungkin agak lebay. Tapi saat itu saya udah mau nangis saking senengnya. Saya menyadari bila dia sudah benar-benar mencuri hati saya.

Kangen sama pacar trus seneng banget karena akhirnya ketemu? Percaya sama saya. Nggak ada apa-apanya dibanding ketemu suami.

Lalu bila sudah jatuh cinta, gimana biar nggak kena dosa dan menghindari hal yang mendekati zina?

Saya pun seorang manusia. Tempat salah dan lupa. Pengalaman saya berkata, selalu bergaullah dengan teman-teman yang selalu mengingatkanmu padaNya. Saya termasuk orang yang susah sekali diingatkan. Saya pun lebih suka bila saya sadar karena pikiran saya sendiri. Yang bisa saya ambil dari pengalaman saya, jadilah wanita (woman). Bukan gadis (girl).

Kalau girl itu, “Nggak mau tahu pokoknya aku cuma mau sama dia. Aku cinta sama dia.” Mengutamakan perasaan, menumpulkan logika.

Sedangkan seorang woman, menganggap perasaan itu penting, tapi logika juga digunakan. Dirinya akan berpikir, “Pantaskah ia menjadi ayah dari anak saya? Bisakah saya menerima kekurangannya? Bisakah dia menerima semua masa lalu saya?”. Pun jika akhirnya nggak jadi dengan orang itu, nggak masalah. Wanita memiliki rasa percaya diri. Bahwa Dia tidak pernah ingkar janji. Selama dirinya terus memperbaiki diri, Allah telah menyiapkan jodoh yang baik pula.

Saya pun berbagi tips tentang bagaimana agar yakin bahwa seseorang itu adalah jodoh kita.

Belumlah dikatakan jodoh bila belum terucap akad nikah. Dulu pun saya nggak yakin. 😀

Namun saya cukup berproses. Saat proses juga berusaha menghindari aktifitas yang menyerupai pacaran, sehingga tidak ingin berlama-lama dalam fase itu. Kalau iya ya lanjut. Kalau nggak yaudah.

Istikharah. Istikharah. Istikharah. Sampai malam sebelum akad pun, jangan berhenti untuk istikharah. Jawaban dari istikharah tidak melulu melalui mimpi, tapi bisa juga dengan semua kemudahan yang diberi. Rintangan pastilah ada. Namun solusinya seakan nyata terpampang di depan mata. Saya dulu merasa tidak mampu istikharah, sehingga minta bantuan kakek saya. Alhamdulillah jawaban istikharah beliau mengisyaratkan baik. Sehingga proses saya dan suami pun berlanjut. 🙂

Bagimana caranya tahu kalau seorang laki-laki serius dengan kita?

Ingat ini baik-baik. Laki-laki yang baik nggak akan ngajakin pacaran. Dia mendatangi ayah atau wali kita. Meminta kita untuk jadi halal baginya. Selain itu, nggak usah dipeduliin. Istilah abah saya, “Gombal amoh”. XD

Jangan jumawa akan bisa mengubah laki-laki menjadi lebih baik dengan menjadi istrinya. Biarkan dia berubah dulu sejak sebelum menikah. Hal itu menandakan bahwa dia memang menyadari kesalahannya dan kecil kemungkinan akan mengulanginya lagi.

“Jangan mencari masalah yang terpampang nyata di depan mata”.

Udah jelas-jelas dia nggak sholat. Suka mabuk. Maen cewek. Tetep ngotot mau sama dia. Akibatnya setelah menikah, bisa jadi Allah akan menghukum dengan hukuman diluar kemampuanmu. Bukankah telah jelas Allah memberi petunjuk bagaimana cara mencari jodoh? Dilihat dari kekayaan, keturunan, paras dan yang paling penting, agama.

Bila telah memilih jodoh berdasarkan  kriteriaNya pun, bukan berarti bebas dari masalah. Masalah akan tetap ada. Namun disesuaikan dengan kemampuan kita. Dulu bila memikirkan tentang menikah, yang muncul dalam benak hanyalah segala macam hal yang indah. Jalan-jalan, bulan madu, ada yang dicurhatin, ada yang merhatiin. Semakin mendekati pernikahan, semakin saya ditunjukkan bahwa menikah tak melulu hal yang indah. Ada perselingkuhan. Ada konflik keluarga. Ada masalah pekerjaan. Masalah anak, dll. Bukankah masalah hanya berhenti saat kita di akhirat nanti? Itulah pentingnya menanyakan visi saat akan menikah. Apa yang menjadi tujuan pernikahan? Apakah kita dan calon sudah dalam satu perahu untuk menghadapi segala ombak kehidupan yang akan menerpa?

Ada juga yang bertanya. Bila kita dijodohkan oleh orang tua tapi kita nggak sreg. Bagaimana cara menghadapinya?

Jangan pernah membangun benteng antara diri kita dengan orang tua. Orang tua pasti ingin yang terbaik. Selama yang diinginkan orang tua tidak menyalahi aturan agama, ada baiknya kita berusaha memahami keinginan mereka. Bila merasa tidak cocok, sampaikan dengan cara yang santun. Untuk seorang wanita, restu orang tua adalah segalanya. Karena setelah menikah, seorang istri akan mengabdi sepenuhnya kepada suami. Dengan memposisikan diri sebagai seorang anak yang menginginkan pendamping terbaik, percayalah. Orang tua akan luluh. Bisa juga dengan meminta bantuan anggota keluarga lain yang perkatannya didengar atau minimal dipertimbangkan oleh orang tua.

Salah satu kesalahan yang telah saya lakukan adalah membangun benteng terhadap orang tua. Dan tidak, itu tidak berhasil. Malah rasanya nggak enak semua. Doa anak dan doa orang tua, ya pasti lebih diijabah doa orang tua kan ya. Hehe.

Di akhir sesi, saya membuka lebar kesempatan bagi adik-adik yang hadir untuk bebas curhat ke saya melalui fb, email, twitter, sms maupun whatsapp. Banyak juga yang sudah curhat. Semoga dengan itu bisa dimudahkan jalannya.

Terakhir saya mengambil quotes tentang pernikahan yang menurut saya amat sangat tepat.

Jangan menikah hanya karena cinta. Menikahlah karena kamu yakin surga Allah lebih dekat bila bersamanya.

Selamat menjemput cinta! 🙂

Bojonegoro, 28 September 201411.41 WIB.

Syria (Suriah) – harta karun yang tak terjamah [part 5]

04 Saturday Feb 2012

Posted by Rofida Lathifah in beauty of Islam

≈ 2 Comments

Tags

beauty of Suriah, Syria

Ketika saya terkesima dengan pasar tradisional yang begitu bersih, itu belum seberapa.

Karena sesungguhnya di Kota Damaskus memang sangat bersih. Selama saya berkeliling, saya belum pernah melihat ada sampah berserakan.Bahkan di tempat-tempat yang rawan kotor seperti dibawah jembatan penyeberangan, pun tidak saya temui adanya sampah.

Di Syria, angkutan yang paling banyak adalah taksi. Kemudian bis kota seperti trans jakarta, kemudian sepeda. Banyak pula yang berjalan kaki. Jarang ada mobil pribadi. Sehingga meskipun jalan di kota relatif sempit, tidak ada kemacetan.

Penginapan saya berada di dekat perempatan dan pemberhentian bus. Ketika jendela dibuka, langsung terlihat jalan raya.

Saat itu iseng-iseng ketika waktu maghrib tiba, saya membuka jendela.Lagi-lagi saya kagum. Tidak ada satupun kendaraan lewat. Toko-toko tutup. Benar-benar sunyi. Mungkin memang karena Bulan Romadlon, jadi mereka berbuka puasa di rumah. Tapi bandingkan dengan di Indonesia.

Saya melihat ada satu pejalan kaki yang bingung, mungkin dia mencari kendaraan. Sayangnya benar-benar sepi. Akhirnya dia berjalan kaki. Baru kemudian ketika mendekati tarawih, satu dua kendaraan mulai tampak.

Abah saya pernah bercerita, ketika selesai tarawih, beliau melihat ada penjual jagung rebus. Akhirnya mengantri untuk membeli.Tak disangka, ketika giliran orang tepat di depan Abah, orang itu membeli jagung, kemudian beli lagi untuk diberikan ke Abah.

Orang itu bertanya, “from Malaysia?”

“Indonesia”, jawab Abah.

“okay, this is for you. free” katanya sambil tersenyum.

Abah hanya takjub. begitu ramahnya mereka dalam memperlakukan tamu 🙂

Malam terakhir di Syria, kami diajak melihat kota Damaskus dari atas bukit. Bukit itu adalah perbatasan Syria dengan Libanon. Damaskus benar-benar indah. Banyak gemerlap lampu.

Kemudian kami dijelaskan, kalau lampu hijau adalah lampu khusus untuk menara masjid. Di Damaskus sendiri, dengan luas yang tidak seberapa, ada sekitar 1000 masjid disana!

Diceritakan bahwa Damaskus mempunyai 4 pintu masuk kota. Dulu, dari empat pintu itulah masing-masing panglima Islam memimpin pasukannya untuk menaklukkan Kota Damaskus. Cerita itu juga terdapat dalam buku panduan Syria untuk turis.

Subhaanaallah. 🙂

Saat di bandara Damaskus dalam perjalanan pulang ke Indonesia, ternyata kami berbarengan dengan para TKW yang juga pulang kampung. Mungkin ada sekitar 30 orang. Mereka ramai sekali.

Satu lagi yang saya tidak akan lupa.

Ketika paspor saya diperiksa oleh petugas imigrasi, saya ditanya “any job?”

“no.” pikir saya, saya bukan TKW. Saya kesini bukan untuk bekerja, tapi buat jalan-jalan.

Petugas itu tidak percaya, tanya lagi “any job?”

“NO!im a student. im just visiting Damaskus” jawab saya hampir emosi. Masa iya saya dikira TKW.

Akhirnya petugas itu bertanya ke temannya, baru kemudian memberi stempel di paspor saya.

Abah hanya tertawa ketika saya bercerita tentang peristiwa itu.

Sampai jumpa Syria. Semoga kelak saya dapat kembali kesana. :’)

0102.2012 10.28

Syria (Suriah) – harta karun yang tak terjamah [part 4]

04 Saturday Feb 2012

Posted by Rofida Lathifah in beauty of Islam

≈ Leave a comment

Tags

tarawih, Timur Tengah

Image

Selama kami di Syria, karena bertepatan dengan Bulan Romadlon, kami sholat tarawih di sebuah masjid yang agak jauh dari penginapan.Ternyata di masjid tersebut ada seorang syaikh yang setiap hari menjadi imam tarawih. Beliau hafidz Qur’an, begitu pula putranya. Dan beliau memiliki sekolah untuk menghafal Al-Qur’an.

Tidak seperti di Indonesia, di Syria ketika seseorang ingin menghafal Al-Qur’an, maka benar-benar harus ada sanad yang jelas yang bersambung sampai ke Baginda Rasul. Karena dengan seperti itulah, kemurnian Al-Qur’an dipelihara 🙂 Sayangnya di Indonesia budaya seperti ini masih jarang. Kebanyakan hanya menghafal tanpa menyandarkan sanadnya.

Di Syria, seperti hal nya di Makkah dan Madinah, tidak ada masjid yang sholat tarawih+witir hanya 11 atau 23 rakaat. Setelah 8 rakaat tarawih, ada ceramah dari Syaikh. Kemudian jika ada yang mau pulang dipersilahkan. Selesai ceramah, tarawih dilanjutkan dengan imam yang berbeda, sampai 20 rakaat baru kemudian witir. Jadi kita diberi kebebasan, mau sholat 11 rakaat atau 23 rakaat. Dan itu bukan masalah yang berarti. 🙂 Di Mekkah dan Madinah polanya sama, hanya tidak ada ceramah.

Di masjid tempat saya tarawih, jama’ah wanita berada dia lantai atas. Ketika Syaikh ceramah, saya bisa melihat beliau melalui televisi yang dipasang di jama’ah wanita.Wajah Syaikh begitu teduh, bersahaja. Seperti orang yang selalu berbahagia 🙂

Ada lagi budaya di Syria, maupun Mekkah dan Madinah. Karena setiap kali tarawih menghabiskan satu juz Al-Qur’an, banyak jama’ah yang membawa Al-Qur’an kecil yang dibuka ketika imam membaca ayat. Kemudian ketika rukuk, sujud, dan selanjutnya, disimpan dalam saku. Dibuka lagi ketika imam membaca surat.Kadang malah ada Al-Qur’an besar yang dibuka di depan, di atas tempat semacam partitur kalau kita bermain musik. Dengan cara seperti itu kita bisa menyimak. Bukan malah melamun karena tidak hafal ayat yang dibaca oleh imam :p

Pernah suatu hari ketika Syaikh sedang ceramah, ada seorang nenek yang membagikan air zamzam.

Nenek itu tersenyum kepada saya, ramah sekali. Wajahnya bersinar. Seperti selalu basah oleh air wudhu. Saya belum pernah, melihat wajah seseorang seperti beliau. Bersih. Benar-benar bersih. Beliau menawarkan air zamzam kepada saya dengan isyarat tangannya, namun saya menolak dengan halus.Tanpa disangka, seorang jama’ah di sebelah saya, mengambil segelas air zamzam dari tangan beliau kemudian diberikan kepada saya. Baru kemudian dia mengambil untuk diminum sendiri.

Saya orang asing. Dan begitu baiknya mereka kepada orang asing 🙂

Biasanya ketika selesai tarawih (yang dimulai pukul 21.00 dan berakhir pukul 24.00), kami pergi ke pasar tradisional. Dalam bayangan saya, tidak jauh berbeda dengan pasar di indonesia. Namun saya salah besar.

Pasar tradisional disana, bangunannya memang hampir mirip di Indonesia. Ada bangunan yang permanen, ada pula yang di tepi-tepi jalan seperti kaki lima. Bedanya, pasar disana bersih. Sangat bersih malah. Tidak ada sampah sedikitpun yang berceceran. Tidak ada tumpukan sampah. Tidak ada bau sampah. WOW!!!

Yang membuat saya semakin terheran-heran, buah-buahan dan sayur-sayurannya segar serta berukuran jauh lebih besar dari di Indonesia. Padahal tanah disana tidak subur, cenderung gersang dan susah ditanami. Tidak seperti di Indonesia yang jika kamu tancapkan kayu saja maka akan tumbuh dan berbuah :p

Saat itu saya mencari buah semangka, mengingat ukuran yang begitu jumbo dan kami hanya bertiga di penginapan, tidak mungkin bisa menghabiskan buah sebesar itu, maka saya berpesan agar dipilih semangka yang paling kecil.

Guess what, yang paling kecil saja beratnya 5 kilo :O

Lain halnya dengan ibu saya, beliau tertarik dengan anggur hijau yang harganya sangat murah, sekitar 8000 rupiah perkilo. Bandingkan dengan di Indonedia. Sedangkan rasanya juga jauh lebih segar.

Masih penasaran dengan Syria? ;D

Syria (Suriah) – harta karun yang tak terjamah [part 3]

04 Saturday Feb 2012

Posted by Rofida Lathifah in beauty of Islam

≈ Leave a comment

Tags

makam Bilal bin Rabbah, makam Sholahudin Al Ayyubi, masjid menara putih

Masjid menara putih.Masjid yang disebut dalam hadits sabagai tempat dimana Nabi Isa AS turun di akhir zaman.Masjid tersebut memiliki ornamen dari emas. Uniknya, dulu adalah gereja. Ketika ditaklukkan oleh penguasa Islam, menjadi separuh masjid-gereja. Akan tetapi karena dirasa tidak nyaman, adzan dan sholat yang bersahut-sahutan dengan bunyi nyanyian gereja, maka tempat itu sepenuhnya menjadi masjid. Dan umat Kristen dipersilahkan untuk membangun gereja di tempat yang baru.Masjid ini sempat  masuk di sebuah acara di trans TV ketika romadlon. Dikatakan bahwa ada empat menara masjid, yang , masing-masing dibangun oleh penguasa yang berbeda zaman. Mereka ingin membuat sesuatu yang bisa dikenang di masjid tersebut.

Seperti halnya di bekas istana Romawi, saya juga banyak melihat turis asing. Namun penampilan mereka berbeda. mereka memakai semacam jubah yang menutup seluruh tubuh kecuali muka dan tangan. Rupanya memang sudah aturan, ketika memasuki tempat yang suci atau bersejarah bagi umat Islam, harus menutup aurat. Cool! 😀

Di bagian dalam masjid terdapat makam dari cucu Nabi Muhammad SAW, yaitu Husein bin Ali. Kali itu saya melihat banyak orang berkerumun dan menangis tersedu-sedu sambil membawa sebuah batu kecil. Belakangan saya baru tahu dari Abah,kalau itulah orang-orang Syiah. Yang meng’agung-agungkan’ keluarga Ali bin Abi Thalib.

Di masjid ini saya juga sempat disapa oleh gadis Syria. Dengan bahasa Inggris tentunya. 😀 saya lupa namanya (maaf –“), yang saya ingat dia sedang kuliah tentang ekonomi. Saya sempat berfoto, dan ketika saya pamit, ada percakapan lucu.

“May i go first? my father is waiting for me outside masjid” kata saya dengan bahasa dan aksen yang ancur.

“mmm.what?your father is from swedia?” kata dia bingung. Batin saya, “jauh banget maksudnyaa”. oke. saya ulangi lagi. “my-fa-ther-is-wai-ting-for-me”.”oh..okay. hope you enjoy in Syria” legaaa.akhirnya dia mengerti juga. 😀

Kemudian kami mengunjungi makam Sholahuddin Al Ayyubi.

Siapa yang tak kenal beliau? Orang Barat pun tak akan pernah lupa namanya. 🙂

Dialah sang pemimpin perang untuk melawan tentara salib. Sehingga Eropa jatuh ke tangan umat Islam. Kami mendengar sebuah kisah dari Ubed. Pernah ada seorang warga negara Jerman yang berkunjung ke makam beliau, kemudian berteriak yang artinya kurang lebih, “wahai sholahudin, bangun! aku sudah disini. bangun! bangun dan lawan aku!”

Itu adalah ekspresi kebencian. Kebencian karena Eropa telah takluk di tangan beliau.

Lalu kami mengunjungi makam Bilal bin Rabbah. Subhaanalloh.

Saya tidak bermimpi. Mengunjungi makam sahabat Baginda Rasul. Apalagi teringat perjuangan beliau mempertahankan Islam, yang tidak menyerah meski disiksa, ditindih batu di tengah padang pasir. Dan tetap mengucap “ahad, ahad, ahad”

Air mata ini tidak bisa tidak menetes. Semoga Allah menguatkan saya, seperti Allah menguatkan Bilal.

*bersambung ke part 4

← Older posts

Recent Posts

  • The Making of Dormi(s)tory
  • Kuliah di S2 Administrasi Rumah Sakit Unair (part 1)
  • Aplikasi BNI Mobile (10)
  • Aplikasi Trello (9)
  • Aplikasi Evernote (8)

Archives

  • February 2019
  • July 2018
  • May 2018
  • April 2018
  • January 2018
  • November 2017
  • September 2017
  • August 2017
  • July 2017
  • June 2017
  • May 2017
  • April 2017
  • March 2017
  • February 2017
  • January 2017
  • December 2016
  • September 2016
  • August 2016
  • July 2016
  • June 2016
  • February 2016
  • January 2016
  • December 2015
  • November 2015
  • October 2015
  • September 2015
  • July 2015
  • April 2015
  • February 2015
  • January 2015
  • November 2014
  • September 2014
  • July 2014
  • March 2014
  • February 2014
  • January 2014
  • October 2013
  • February 2013
  • December 2012
  • November 2012
  • July 2012
  • June 2012
  • April 2012
  • March 2012
  • February 2012

Categories

  • around the world
  • beauty of Islam
  • books
  • doctor
  • family
  • hospital life
  • Indonesia Medika
  • Institut Ibu Profesional
  • lesson from lecture
  • opinion
  • quotes
  • review
  • social life
  • Uncategorized

Top Posts & Pages

  • Bila Suamimu Seorang Dokter
  • Mengapa Harus Insan Cendekia?
  • Kuliah di S2 Administrasi Rumah Sakit Unair (part 1)
  • Bila Istrimu Seorang Dokter

Twitter Updates

Error: Twitter did not respond. Please wait a few minutes and refresh this page.

Blog at WordPress.com.

Cancel
Privacy & Cookies: This site uses cookies. By continuing to use this website, you agree to their use.
To find out more, including how to control cookies, see here: Cookie Policy