Tags
backpacker, beautiful saigon hotel 3, ben thanh market, BusMap apps, cu chi tunnels tour, halal, ho chi minh city, ho chi minh city tourist map, indonesia, jalan-jalan vietnam, muslim, public bus, TNK travel, transport, travel, vietnam, vietnam scam
Mampir ke Vietnam sebenernya iseng aja. Jujur nggak pernah terlintas di kepala buat traveling kesana. Tapi mumpung ada tiket promo, yaudah sekalian aja. Dari Malaysia, trip kami berlanjut ke Ho Chi Minh City (HCMC). Sampai saat ini Vietnam masih terkenang. Saya semacam kena love hate relationship gitu deh. Yang jelas cukup sekali aja sih kesana hahahahaa. Jadi kenapa love-hate?
Love
Vietnam termasuk negara yang dijajah dan tahun merdekanya agak dekat dengan Indonesia. Tapi mereka masih perang dengan USA sampai tahun 75. Means mereka baru menjalani masa damai selama 40 tahun ini. Sekilas yang saya lihat, mereka sangat mencintai sejarah. Banyak museum didirikan untuk mengenang perjuangan mereka. Bukankah bangsa yang maju adalah yang menghargai sejarah?
Dari museum di Vietnam jugalah saya baru tahu kalau sebelum perang dengan Vietnam, USA juga perang dengan Korea. Dan dua negara tersebut sekarang sama-sama menerapkan wajib militer selama dua tahun untuk pemuda laki-lakinya.
Peninggalan sejarah yang terkenal diantaranya Cu Chi Tunnels, War Remnants Museum dan Independence Palace. Ketiganya terawat dengan sangat baik dan tourist friendly. Sebenarnya kalau mau menghayati, bisa ikut tour yang ada guidenya. Tapi kalau budget terbatas, minimal di Cu Chi Tunnels deh harus pake guide yang fasih Bahasa Inggris. Karena disana bener-bener dalam hutan jadi nggak mungkin dikasi papan informasi berbahasa Inggris. Lain halnya dengan War Remnants atau Independence Palace yang indoor, papan informasinya sangat informatif. Selama 40 tahun mereka sadar pentingnya sejarah dan sudah mempersiapkan itu untuk tujuan wisata. Nggak hanya domestik tapi sudah level mancanegara. Serius, di HCMC turisnya banyak buangeet. Mungkin kalo di Indonesia kaya di Kuta gitu kali ya.
Suka Vietnam karena surprisingly kotanya bersih. Meski masih banyak dijumpai pengemis, pemulung, maupun pedagang kaki lima, tapi kotanya nggak jorok. Sangat nyaman untuk jalan kaki dengan trotoar superlebar. Maka jangan kaget kalo sepeda motor pada naik ke trotoar semua karena jalan yang sempit dan supermacet. Udah sama banget kaya di Indonesia ini mah.
Waktu saya nglesot di dekat loket Independence Palace karena nunggu jam buka, ada pedagang es krim kaki lima. Ternyata turis sebelah saya beli eskrim dan dimakan di tempat. Waktu si turis nggak nemu tempat sampah dan bungkus eskrimnya digeletakin gitu aja, sama pedagang eskrimnya diambil dong terus dimasukkan ke tempat sampah yang dibawa. Sungguh luar biasa rasa tanggung jawabnya.
Petugas umumnya sangat ramah. Saya naik bis umum 3x, ketiga-tiganya saat mendekati halte tujuan, selalu diingatkan oleh kondekturnya. Mereka paham kalau kami turis jadi sebisa mungkin dibantu biar nggak nyasar. Waktu ada lansia yang mau turun juga dibantu biar nggak kerepotan. Applause banget deh.
Meski nggak ada MRT dan sejenisnya, di HCMC ada bus umum yang aplikasinya bisa di download dan bisa dipake tanpa paket internet. Nama aplikasinya BusMap. Banyak taksi juga tapi pasti mahal. Selain itu ada juga Grabbike yang berseliweran sepanjang jalan. Recomended banget deh untuk kota yang sering macet. Karena kalau pake motor otomatis lebih bisa cepet. Halte busnya banyak, penumpang udah teratur banget naik turun bus di halte. Kalau di Jakarta mungkin kaya Transjakarta kali ya meski kalau disana nggak ada jalur khusus bus.
Dan yang paling ngangenin dari Vietnam adalah kopinya. Ca fe sua da. Ca fe : kopi, sua : susu, da : es. Es kopi susu. Saya menyempatkan mencoba ketika makan malam di Restoran Halal Food Hj. Mansour. Hasilnya? Suami yang nggak pernah suka sama kopi pun sampe nambah-nambah. Besoknya pengen nyoba kopi Vietnam di tempat lain. Tapi suami udah kadung seneng banget sama kopi di tempat kemarin, takut rasanya beda jauh kalo beda tempat. Walhasil balik lagi ke restoran cuma buat beli kopinya.
Hate
Banyak penipuan! Sebelumnya udah sering baca kalau di HCMC itu kriminalitasnya tinggi. Banyak copet, penipuan dan lain-lain. Maka saya selalu meletakkan tas dan kamera di bagian depan. Nggak pernah saya taruh di belakang. Itupun saya silangkan, nggak cuma sekedar nyantol di pundak. Sambil sepanjang jalan terus berdoa mudah-mudahan selalu diberi perlindungan.
Tour guide saya yang asli Vietnam pun sampai mengingatkan akan bahaya scam dan kriminalitas. Apalagi kami turis, objek yang sangat rawan ditipu karena kami pendatang dan tidak mengenal lokasi dengan baik. Contoh scam yang banyak terjadi :
1. Coconut man
2. Ojek
3. Shoe-shining man
4. Taksi tiruan
Saya hampir aja kena scam coconut man, alhamdulillaah suami sigap sekali menolak. Coconut man adalah laki-laki yang memanggul keranjang berisi kelapa muda. Modusnya adalah beliau mengajak kita foto bersama. Apalagi jelas kita lagi nenteng kamera. Setelah foto, mereka akan menawarkan buah kelapa yang mereka bawa. Mereka lumayan lancar berbahasa Inggris, waktu itu alasannya seharian belum laku sama sekali dan minta dibeli satu aja kelapanya. Saya yang nggak tegaan udah mau beli, tapi suami udah nggeret sambil bilang “No..no…thank you.” Menurut cerita dari tour guide kami, Tony, inilah yang akan terjadi bila kami memutuskan membeli. Mereka akan membuka sekitar 10 buah kelapa dengan total harga 200-300 ribu VND. Kok bisa? Pasti salah kami karena kami tidak menanyakan harga dan mereka juga tidak mencantumkan harga. Kalau kita menolak bayar? Atau mau bayar cuma satu aja? Mereka bisa saja memanggil bala bantuan. Berdalih bahwa kita sudah memesan 10 kelapa tapi tidak mau membayar padahal sudah dibuka semua.
Scam kedua adalah tukang ojek. Ini akan banyak sekali ditemui sepanjang jalan. Apalagi waktu siang hari lagi panas-panasnya. Mereka akan menawarkan ojek berkeliling kota. True story dan sudah ada yang kena di grup FB Backpacker Internasional. Nawarinnya 25.000 VND/jam. Setelah berputar-putar selama 2 jam, ternyata diminta ongkosnya 250.000 VND/jam. Walhasil harus bayar 500.000 VND per orang karena dia berdua dengan temannya jadi sewa dua motor.
Penipuan selanjutnya dari tukang semir sepatu. Modusnya sama, mereka akan menawarkan untuk menyemir dan sekali kita duduk kemudian menyerahkan sepatu kita, disitulah mereka bisa me-mark up ongkos semir sesuka hati. Nggak cuma dalam VND, bisa saja mereka minta 100 USD atau bahkan 200 USD.
Scam terakhir ini juga true story bahkan lebih horor dari ketiga scam sebelumnya. Di HCMC, taksi resmi yang sering terlihat diantaranya adalah Vinasun atau Vinataxi. Waktu itu ada salah satu kawan dari anggota grup yang naik taksi ke HCMC, dikira Vinasun ternyata taksi palsu. Waktu mau sampai di tempat tujuan, bukannya malah diturunin tapi justru pintu dikunci dan disuruh ngeluarin semua uang yang dibawa alias dirampok. Maka saya lebih memilih naik bus umum daripada taksi. Bus umum rutenya sudah pasti, asal tahu halte tempat naik dan turun udah pasti nggak nyasar dan lebih aman.
Pengen foto di pinggir jalan? Hati-hati banyak copet berkeliaran! Kalau mau ambil foto pastikan sekeliling sudah aman atau sekalian hapenya dikasi cantolan. Menurut Tony, korbannya tidak hanya turis tapi penduduk lokal pun bisa. Bahkan mereka tidak segan sampai melukai korban yang menjadi target.
Hate selanjutnya, saya pikir macetnya Jakarta itu sudah luar biasa. Ternyata HCMC lebih ruwet lagi. Penataan kota HCMC membuat ada banyak persimpangan yang berdekatan sehingga tidak mungkin setiap persimpangan itu diberi lampu merah. Jadinya semua saling serobot buat nyebrang. Gimana nasib pejalan kaki? Kendaraan tidak akan berhenti maupun menurunkan kecepatan bila ada pejalan kaki yang menyeberang, mereka hanya akan sedikit menghindar. Tips kalau mau menyeberang, “yang penting yakin. Halangan akan menjauh dengan sendirinya.” Paling seru kalo lihat bule-bule menyeberang. Bingung-takut sambil lari-lari gitu. Tapi kalo udah nyerah karena jalannya lebar dan rame banget, tungguin aja penduduk lokal nyebrang biar ada barengan. Sambil banyak berdoa insya Allah selamat. Saya inget banget malem-malem lihat seorang nenek dengan penuh percaya diri membelah lautan kendaraan dan tiba di ujung jalan dengan selamat. Sungguh luar biasa sekali saudara-saudara.
Di HCMC agak sulit mencari makanan halal, ada sih kompleks melayu di deket Ben Thanh Market tapi relatif mahal. Makanan 60.000-70.000 VND/porsi. Minuman 20.000-30.000 VND. Di daerah itu ada juga yang jual Banh Mi halal. Too bad saya belum nyoba. Mencari masjid juga sulit, nggak pernah denger adzan. Jadi sholatnya selalu di penginapan karena bisa dijamak. Hampir setiap wanita berjilbab yang saya jumpai adalah warga Malaysia. Nggak heran kalau oleh penduduk lokal pun saya dikira orang Malaysia, selalu ditawari produk mereka dengan Bahasa Malaysia.
Saya menginap di Hotel Beautiful Saigon 3 di daerah Pham Ngu Lao. Ternyata lokasi itu adalah tempat favorit turis-turis backpacker. Banyak hotel budget, warung makan, toko kelontong, persewaan motor, info tour dan lainnya. Tidak heran juga kalau banyak bar yang kalau malem jadinya berisik dan rame banget. Jujur saya kurang nyaman disana. Maunya kalo malem langsung tidur aja wkwk. Alhamdulillaah lokasi hotel agak jauh dari kompleks bar jadi kalau tidur masih ayem.
Biaya hidup di HCMC relatif mahal, bahkan saya dan suami memutuskan untuk tidak membeli simcard karena harga termurah 155.000 VND. Waktu itu ratenya sekitar 0,8 rupiah. Tapi saya dapet yang agak lebih mahal jadi rate VND dan IDR nggak beda jauh. Pengen beli baju khas Vietnam tapi sekilas lihat di Ben Thanh Market maupun night bazar nggak ada yang under 200K walhasil nggak jadi beli. Suvenir di night bazar pun mahal-mahal dan nggak fixed price. Jadi kudu nawar dan kudu tega. Saya dapat gantungan kunci 6 pcs dan magnet kulkas 1 pcs seharga 100K dari harga gantungan kunci 180K dan magnet 40K. Tentu pake drama ninggal toko terus dipanggil-panggil deh sama yang jualan wkwkw.
Tips :
1. Kalau mau cari barang yang relatif murah dan ada price tag, dateng ada ke Saigon Square. Lebih nyaman dari Ben Thanh karena ber-AC tapi jam 20.00 udah tutup.
2. Kalau rate IDR ke VND dapet mahal, mending tuker USD di Indonesia, pas di Vietnam baru tuker ke VND. Bisa dapet lebih banyak. 1 USD = 22.000 VND.
3. Info tour banyak tersedia di penginapan. Kebetulan di hotel saya ada meja khusus informasi tentang tour jadi banyak brosur. Tinggal membandingkan sesuai kebutuhan. Saya pikir harganya pasti mahal, ternyata saya salah besar. Yang paling murah yang saya tahu adalah TNK Travel. Saya ikut half day tour ke Cu Chi Tunnels kena 125.000 VND per orang plus 110.000 VND tiket masuk. Total 235.000 VND/orang. Dijemput di hotel (District 1), pake bus AC nyaman, dapet mineral water dan tour guide super friendly dan lancar Bahasa Inggris. Pulangnya kami memilih turun di War Remnants Museum atau bisa di dekat kantor TNK Travel (deket Bui Vien St).
4. Transport airport-Pham Ngu Lao dan sebaliknya :
-Dari airport : bus 109 warna kuning, 20.000 VND
-Ke airport : bus 152 dari terminal seberang Ben Thanh market, 5.000 VND.
Jarak tempuh kurang lebih 1 jam, kondisi jalanan udah agak padat.
5. Apps BusMap denahnya pakai Bahasa Vietnam. Supaya nggak nyasar, cocokkan denah BusMap dengan tourist map ya.
6. Beli kopi Vietnam di Ben Thanh market bagian belakang-luar, toko kelontong khusus kopi gitu. Lebih murah dari night bazar. Atau kalau mau beli sachetan buat oleh-oleh, di 7 Eleven juga ada. Fixed price dan lebih murah tanpa harus nawar.
Highlights :
1. Cu Chi Tunnels with TNK travel
2. War Remnants Museum
3. Independence Palace
4. Central Post Office
5. Ca fe sua da
6. Pho
7. Saigon Square
Sekian love hate relationship saya dengan Vietnam, semoga bermanfaat dan selamat jalan-jalan!