• About

unspoken mind

~ if you can't tell, just write

unspoken mind

Tag Archives: MAN Insan Cendekia Serpong

The Making of Dormi(s)tory

13 Wednesday Feb 2019

Posted by Rofida Lathifah in beauty of Islam, books

≈ 4 Comments

Tags

alumni ic, blogger iaic, cerita di ic, dormistory, guru ic, insan cendekia, MAN Insan Cendekia Serpong, nilai luhur, pengalaman

IMG_5825

Dua puluh sembilan orang, mayoritas belum pernah bertatap muka satu sama lain, berhasil membuat buku dalam waktu tiga bulan. Hanya bermodalkan grup whatsapp, email serta google drive. Ada yang di Jombang, ada yang di Bandung, ada pula yang di Belanda, Jepang bahkan Selandia Baru. Bagi saya, ini adalah sebuah pencapaian yang luar biasa.

Berawal dari sebuah mimpi, ingin mempersembahkan sebuah buku untuk Insan Cendekia. Menceritakan kisah selama tiga tahun yang terjadi di sana. Insan Cendekia begitu istimewa. Karena itulah saya yakin, banyak sekali memori tangis dan tawa yang pada akhirnya membawa saya dan alumni lain menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya.

Mimpi inilah yang mempertemukan saya kepada Komunitas Blogger Ikatan Alumni Insan Cendekia. Setelah sebelumnya saya diarahkan oleh Adam, sahabat saya yang terpilih menjadi Ketua IAIC, untuk bergabung bersama tim blogger.

Bukankah dengan bersama-sama, semua akan menjadi lebih bermakna? Maka saya ungkapkan mimpi saya, disambut dengan antusias, blogger lain pun berdatangan untuk turut berperan serta.

Rapat perdana dibuka untuk brainstorming tema yang akan ditulis. Rapat dimana? Di grup whatsapp! Pukul 20.00 GMT +7. Maka Anri yang berada nun jauh di Selandia Baru harus rela menahan kantuknya.

IMG_6098

dari grup whatsapp segalanya bermula

Pembagian tema selesai, saya sebagai penanggung jawab segera membuat timeline penulisan dengan target : 14 Mei 2016 saat tes IC buku sudah bisa dihadirkan. Namanya rencana tinggal rencana. Sudah nyata deadlinenya, masih banyak juga yang minta perpanjangan submit naskah. Trus ngumpulin naskahnya gimana? Memanfaatkan teknologi yang ada, kami menggunakan google drive yang bisa diakses oleh seluruh anggota.

IMG_6055

gdrive kami

Ketika penulisan naskah usai, masalah lain muncul. Siapa yang akan menjadi editor naskah? Betapa bahagianya saya ketika anggota blogger lain dengan sukarela menawarkan diri. Diketuai oleh Kak Yosi Ayu Aulia, mereka bersedia memperbaiki naskah yang telah ada. Tidak berhenti disini, kami mencoba mencari editor yang lebih berpengalaman agar buku kami setara dengan buku-buku level nasional.

IMG_6097

diskusi urutan naskah dengan editor. antara Jombang-Belanda

Atas bantuan Kak Yosay, kami bertemu dengan Bapak Hernowo Hasim. Seseorang yang luar biasa, dengan begitu banyak pengalaman di dunia literasi. Tak hanya menulis, beliau juga pernah menjadi general editor salah satu penerbit terkemuka di Indonesia. Beliau dengan kebesaran hatinya, mau menjadi editor naskah kami. Meski tak pernah berjumpa, kami berkomunikasi melalui email.

IMG_6054

diskusi dengan editor utama

Kemudian salah satu anggota, Suci Fadhilah, mengajukan diri menjadi layouter dengan pengalaman sebelumnya pernah menjadi layouter majalah. Wow! Saya menyambut dengan senang hati. Naskah selesai di edit, masuklah ke layouter.

IMG_6099

diskusi dengan layouter tentang urutan buku

Namun kami tak juga menemukan desain cover yang nancep di hati. Maka kami pun membuat pengumuman dengan harapan akan lebih banyak lagi alumni yang bersedia untuk membuat desain sehingga kami akan menemukan satu yang pas. Disinilah kami berjumpa dengan Dafira, bersama dengan cover paling cute sepanjang masa.

IMG_6071

draft cover buku

Tentang judul, kami membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk mendiskusikannya. Berawal dari brainstorming, entah kenapa saya suka sekali dengan nama Dormi(s)tory. Gabungan dari dorm = asrama dan story = cerita. Buku ini merupakan kumpulan cerita dari kami ketika menjalani kehidupan tiga tahun di asrama Insan Cendekia. Saya mencoba search di google, belum ada yang pernah memakainya. Judul pun ditemukan. Dengan diskusi yang sedikit alot untuk subjudul, kami akhirnya sepakat dengan “Cerita Kita di Jalan Cendekia”.

Saat naskah berada di tangan layouter, saya mulai survey percetakan. Ternyata ini pun tidak mudah. Mencari percetakan dengan kualitas yang oke dengan harga yang terjangkau. Saya sudah mantap dengan satu percetakan ketika kemudian mencoba membeli salah satu buku hasil cetakannya. Begitu bukunya datang, Lhaarrr. Saya kecewa. Padahal kami harus naik cetak segera. Keputusan diambil. Kami deal dengan salah satu percetakan yang meski agak mahal, namun kualitasnya meyakinkan.

Untuk ke percetakanpun, kami hanya koordinasi via whatsapp dan email. Apakah file sudah siap cetak, bagian mana yang harus direvisi. Karena kami sama-sama tahu, bisnis adalah modal kepercayaan.

IMG_6064

akan naik cetak

Lalu, darimana uang untuk biaya percetakan? Kan pasti harus bayar uang muka? Awalnya kami sepakat untuk patungan, ketika kemudian memperoleh kabar dari Laksito bahwa dia akan mengusahakan agar kas IAIC bisa digunakan untuk membantu proyek ini. Toh ini juga proyek alumni. Betapa senangnya kami saat kemudian tak hanya memperoleh dana pinjaman, tapi juga dana hibah yang tak perlu dikembalikan. :”)

IMG_6067

dana dari Badan Pengurus Dana Alumni (BPDA)

Buku naik cetak, target penjualan dibuat, proses marketing dimulai. Ketika anggota blogger tak hanya jago menulis tapi juga mendesain, disinilah kreatifitas kami muncul. Memanfaatkan segala sosial media yang ada. Membuat kampanye untuk support buku ini, membuat poster quotes yang menggelitik, menulis blog agar masyarakat lebih mengenal kami. Proses kreatif ini tak lepas dari ide lucu Kak Nabila As’ad selaku Koordinator Komunitas Blogger.

IMG_6074

blogger yang nggak cuma jago nulis, tapi juga jago desain

Maka disinilah titik haru itu terjadi. Ketika para guru sangat senang sekali lalu ikut memesan, ketika salah satu alumni kemudian memesan banyak buku untuk diberikan secara cuma-cuma kepada semua guru yang ada di Insan Cendekia Serpong, Masya Allah. Sungguh, bukan lembaran rupiah yang kami cari. Kebahagiaan dan rasa syukur inilah sesungguhnya yang abadi.

Ketika awal tulisan ini dibuat, tim admin yang digawangi oleh Nadia sedang sangat sibuk merekap pesanan yang ada. Karena 500 buku terjual pada 24 jam pertama setelah pre order dibuka. Padahal ia adalah seorang mahasiswa. Sungguh, semoga Allah membalas segala kebaikannya.

Saat ini stok buku Dormi(s)tory sedang habis. Mohon doanya supaya bisa segera cetak ulang kembali sehingga Anda juga bisa menikmati kisah masa muda kami. 🙂

Mengapa Harus Insan Cendekia?

24 Thursday Sep 2015

Posted by Rofida Lathifah in beauty of Islam, opinion

≈ 13 Comments

Tags

asrama, boarding school, insan cendekia, madrasah, man, MAN Insan Cendekia Serpong, sekolah terbaik, sma

IMG_1339Pada tahun 2005 silam saat ditanya ingin melanjutkan sekolah SMA kemana, dengan mantap saya menjawab SMAN 3 Malang. Saya ingin merasakan suasana yang berbeda. Mengingat sejak TK hingga SMP, saya selalu bersekolah di madrasah.

Namun kepala sekolah mengatakan bahwa ada sebuah sekolah yang bagus, terletak di Tangerang. Dulu ada kakak kelas 3 tahun di atas saya yang melanjutkan kesana, tapi kemudian belum ada penerusnya.

Saya masih ingat betul, saat itu awal kelas 2 SMP. Ayah mengajak saya berkunjung ke Insan Cendekia Serpong sepulang dari lomba di Palembang. Hanya sekedar melihat-lihat saja kata beliau.

Awal masuk gerbang, berasa eksklusif sekali. Hanya ada satu jalan, Jalan Cendekia yang menuju ke kompleks sekolah. Wah sekolahnya besar sekali. Terasa luas dan lengang karena saat itu masih jam pelajaran.

Setelah bertemu dengan pegawai di tata usaha untuk menanyakan beberapa hal terkait Insan Cendekia (saya lupa saat itu bertanya apa saja), kami berjalan mengelilingi kompleks sekolah. Melihat gedung sekolah, gedung asrama, masjid dan sekitarnya.

Sempat beberapa kali berpapasan dengan siswa, dan yang membuat takjub lagi, mereka mengucapkan salam pada kami sambil tersenyum. Jujur saat itu saya terpesona.

Ketika kemudian nama saya masuk ke dalam list 120 anak yang diterima di MAN Insan Cendekia Serpong (MAN IC), rasa-rasanya hampir tidak percaya. Pasti cuma mimpi! Namun berapa kalipun saya membaca, nama saya tetap berada disana.

Masuk asrama bukan hal yang baru bagi saya. Bila teman-teman diantar oleh keluarganya ketika awal tahun pelajaran, saya cukup ditemani Ayah. Sejak saat itu, mulailah perjalanan hidup saya di MAN IC.

Satu minggu menjalani MOS cukup membuat saya menangis dan ingin pulang saja (seumur-umur saya belum pernah sebegitu kangennya pulang ke rumah). MOS yang sangat melelahkan fisik terutama jiwa. Namun menjadi bekal utama kami dalam mengarungi tiga tahun fase kehidupan di dalamnya. Tentang MOS di MAN IC bisa dibaca disini

Setelah resmi menjadi siswa MAN IC, dunia akademik pun dimulai. Saya berkenalan dengan banyak teman baru terutama dari Jakarta dan sekitarnya, rata-rata mereka berasal dari SMP umum (bukan madrasah) yang kemampuannya tidak diragukan lagi. Di MAN IC lah saya belajar bahasa elo-gue yang biasanya cuma bisa dengar dari sinetron televisi meski terdengar aneh dengan logat Jawa saya yang begitu kental. XD

Dalam satu semester, kami dibagi menjadi empat blok. Di setiap akhir blok akan ada ujian yang hasilnya masuk nilai raport. Tes blok pertama saat kami kelas satu adalah hal yang sangat krusial.

Mengapa? Bayangkan saja. Di tes blok tersebut, seseorang yang saat SMP begitu jagoan di bidang matematika, bisa mendapatkan nilai 40 saja. Tentu hal itu sangat menggemparkan dunia. Meruntuhkan kesombongan kami karena telah diterima disana. Menampar kami. Menyadarkan kami bahwa perjalanan kami masih panjang untuk menjadi siswa MAN IC yang sesungguhnya.

Rutinitas sehari-hari sudah terasa. Bangun pagi, sholat subuh di masjid, mengaji, sarapan pagi, sekolah, sholat dzuhur plus makan siang, sekolah lagi, sholat ashar, waktu bebas, sholat maghrib, mengaji, makan malam, sholat isya, belajar, tidur.

Terlihat begitu membosankan bukan?

Eits jangan salah. Untuk bangun pagi sholat subuh di masjid, butuh tenaga dan kekuatan ekstra dalam melakukannya. XD

Adegan antri mandi (tapi gamau jadi yang pertama karena mager dan gamau jadi yang terakhir karena pasti telat), adegan berlari-lari mengejar apel pagi sampai nggak sempat sarapan.

Disaat siswa lain harus bangun pagi dan menempuh perjalanan panjang untuk ke sekolah, kami menghabiskan waktu dengan mencuci baju, membaca buku, atau yang lainnya. Karena sekolah kami bisa ditempuh dengan 5 menit jalan kaki dari asrama.

Pelajaran jarang yang menjadi membosankan (kecuali Bahasa Arab yang waktu itu benar-benar menjadi momok bagi hampir seluruh siswa), karena guru-guru kami yang begitu kreatif dalam mengemasnya.

Masya Allah. Bila teringat pada guru-guru MAN IC, beliau benar-benar seorang pendidik. Dari tidak tahu menjadi tahu. Dari tidak bisa menjadi bisa. Mendidik dengan adab. Dengan memberi contoh. Menjunjung tinggi kejujuran serta keikhlasan dalam bekerja. Semata-mata hanya ingin anak Indonesia, seorang muslim, memiliki jiwa intelektual tinggi dibarengi iman yang kuat.

Bila kamu merasa keberatan dengan mata pelajaran di sekolah, jangan sungkan-sungkan menemui guru di rumah dinas. Mereka akan menerima dengan tangan terbuka. Pun ketika hasil tes blok belum memenuhi batas minimal nilai, mereka akan memberikan remidi (berapa kalipun) agar kamu bisa melalui nilai tersebut.

Sungguh, kesabaran beliau-beliau dalam mendidik sangat besar sekali. Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmatNya kepada mereka.

Tinggal di asrama tidak serta merta membuat dirimu kuper. Saya tahu flash disk pertama kali juga dari sana (saat saya mau memasukkan disket ke CPU tapi nggak ada tempatnya hahahahaha). Saya menemukan teman dekat yang bisa diajak berbagi kisah bahagia maupun sedih, yang dengan senang hati bisa kita curhati 24 jam. Nggak boros ongkos pulsa. Yang tanpa kita tahu nantinya mereka akan menjadi sahabat terbaik kita di masa depan.

Di MAN IC hanya boleh keluar asrama setiap 2 minggu. Bergantian antara siswa laki-laki dengan perempuan. Hal itu tidak menjadikan kami kurang akal biar nggak bosan. Setiap minggu hampir selalu ada acara dari OSIS. Sebut saja event tentang seni, jurnalistik, lingkungan, olahraga, bahasa, agama, sosial, pendidikan, dan lain-lain. Baik itu perlombaan antar kelas maupun antar angkatan. Menjadikan kami begitu solid dan kreatif hampir setiap harinya.

Diluar event dari OSIS, di MAN IC juga ada liga lho. Tapi khusus laki-laki. Keren banget macem EPL sama WBL gituu. 😀 Jadi ada tim sepak bola dan tim basket. Waktu pertandingan terjadwal. Sampai ada bursa transfer segala! Kece banget kan? Nanti di akhir musim, akan ada penyerahan trofi. Bangga banget rasanya kalau tim kita yang jadi juaranya! Ps : untuk yang perempuan, bisa bergabung dengan menjadi manager dengan menyediakan snack dan makanan kala pertandingan.

Kalau ada yang bilang makanan di asrama itu nggak enak, nggak sepenuhnya salah. Tapi selama di IC, porsi makan saya selalu besar. XD dan udah pasti dijamin sehat lah ya. Dapet makan tiga kali sehari. Sudah melalui tim gizi pula daftar menunya.

Jangan khawatir kamar nggak bersih. Program dari OSIS akan mengharuskan kamu selalu membuat kamarmu dalam keadaan bersih. Karena mereka akan sidak sewaktu-waktu. Dan mengumumkan kamar terkotor serta menampilkan foto kamarmu ke seluruh penghuni Insan Cendekia. Duh, malu banget deh kalo udah kaya gitu!

Bila kamu merasa sedang down dan nggak tahu mau curhat kemana, ada pembina asrama yang selalu siap mendengar serta memberi masukan. Untuk kamu yang homesick, untuk kamu yang stres dengan pelajaran, untuk kamu yang sedang berantem dengan teman, dan lainnya.

Bila sakit, ada klinik dengan dokter dan perawat yang Insya Allah siaga 24 jam. Kebetulan saya pernah bermalam disana. Masya Allah. Kesabaran dan ketelatenan para tim medis membantu saya agar lekas diberi kesembuhan.

Saat liburan adalah saat yang amat dinanti. Namun layaknya banyak kenikmatan, akan terasa cepat sekali berlalu. Kembali ke asrama adalah hal yang sangat tidak mengenakkan jiwa dan raga. Mengingat berbagai ujian dan tes yang terpampang di depan mata. Seringkali perut ini berulah bila sudah gedung sekolah sudah terlihat. Mules, sakit tak karuan. Tapi tetap saja. Masuk asrama, bertemu kawan lalu sibuk bercerita panjang lebar hingga fajar tiba. 😀

Mengapa MAN IC?

Karena dia lah yang membuat saya bertakbir, memuja namaNya saat melihat sebuah madrasah masuk dalam daftar pemenang olimpiade nasional maupun internasional.

Mengapa MAN IC?

Lupakan senioritas. Saat menjadi adik kelas, pasti hafal dengan semua nama kakak kelas. Jangankan dibully, kami justru banyak mengidolakan mereka. Yang menyenangkan lagi, mereka tidak serta merta membuat jarak. Justru merangkul dengan mesra, menuntun adik-adiknya untuk melangkah bersama.

Mengapa MAN IC?

Sekolah dengan guru BK terbaik. Tahu detail tentang hampir semua universitas, pilihan jurusan, cara masuk, passing grade, program beasiswa, dan lain sebagainya. Bu Rini, guru BK ajaib kami. Pernah saya tulis disini.

Mengapa MAN IC?

Karena disana saya tahu, bahwa akademik anak madrasah nggak kalah jago sama sekolah umum. Meski kita juga diberi banyak pelajaran agama.

Mengapa MAN IC?

Karena sekolah asrama, mengharuskan kami menata hidup dengan tertib. Yang akan kami bawa kelak pada fase kehidupan selanjutnya.

Mengapa MAN IC?

Sekolah yang membuat salah satu staf hotel di Anyer kagum saat kami mengadakan perpisahan kelulusan. Takjub dengan berbagai ketertiban kami. Mulai dari antri makan, pengaturan duduk laki-laki perempuan, pengaturan penginapan, menjadi hal yang aneh saat kami tidak ribut tentang hal-hal tersebut. Membuat mereka bertanya. Sekolah macam apa yang mendidik siswanya sedemikian rupa.

Mengapa MAN IC?

Satu-satunya tempat dimana saya melihat siswa laki-laki saat sekolah berpakaian rapi serta menenteng file holder dan nggak cuma satu orang. XD

Mengapa MAN IC?

Kami belajar, kami berorganisasi, kami bersosialisasi, kami memperdalam agama, kami belajar hidup, menghormati orang, belajar etika. Dua puluh empat jam setiap harinya.

Mengapa MAN IC?

Telah mengubah saya, dan banyak teman saya. Menjadi orang yang lebih berguna bagi agama, keluarga dan bangsa. Kami dulu menolak mentah-mentah bila disebut santri. Plis deh, IC bukan pesantren! Hahahaa. Begitu elak kami.

Namun melihat metamorfosa rekan saya, sungguh. Insan Cendekia menjadi penempaan berlian yang indah. Mengajarkan agama tanpa menggurui, memberi contoh yang bisa diterima oleh diri ini.

Ya, itulah penjara suci kami. MAN Insan Cendekia Serpong, yang selalu di hati. 🙂

Bu Rini, salah satu ibu guru terbaik bangsa :)

04 Saturday Feb 2012

Posted by Rofida Lathifah in opinion

≈ 4 Comments

Tags

guru terbaik, MAN Insan Cendekia Serpong, Rini Kristiani

Image

ket : tengah jilbab pink

Namanya bu rini. Menurut saya, beliau adalah salah satu guru terbaik yang dimiliki oleh MAN Insan Cendekia Serpong. Yang dimiliki oleh Indonesia.

Mengapa?

Beliau tidak mengajar bidang studi, beliau adalah guru BK (bimbingan dan konseling). Dimana BK di insan cendekia adalah tempat berkonsultasi mengenai tempat atau universitas mana yang akan dituju setelah lulus SMA nanti.

Awalnya saya merasa biasa saja, tidak ada yang istimewa. Sampai saat kelas 3 SMA, saya baru menyadari kehebatan dari guru saya ini.

Beliau hanya sendirian mengelola BK di insan cendekia. Dan beliau memiliki segudang informasi tentang universitas di indonesia atau bahkan luar negeri, program studi yang dimiliki, berbagai macam jalur masuk perguruan tinggi, serta apa saja yang harus dipersiapkan mulai dari awal hingga akhir.

Tak hanya itu, seringkali siswa juga berkonsultasi tentang apakah jurusan ini sesuai dengan kemampuannya. Meski tak jarang beliau dipusingkan dengan banyak siswa dengan nilai akademik yang biasa saja akan tetapi memilih jurusan yang luar biasa. Beliau tidak pernah marah ataupun meremehkan, justru beliau akan membantu dengan senyum manisnya, dan memilihkan jalur masuk yang sesuai dengan kemampuannya.

Hampir setiap hari sabtu selama kelas 3 SMA, selalu ada bimbingan karir di Insan Cendekia. Mulai dari mendatangkan universitas terkemuka di indonesia (UI, ITB, UGM) sampai universitas di luar negeri (NTU, NUS) serta lembaga yang menangani untuk kuliah di eropa, dll.

Puncaknya adalah Career Day. Yaitu hari dimana orang tua dan siswa kelas 3 diundang untuk hadir dalam acara semacam talk show dengan pembicaranya adalah seorang tokoh yang dianggap mampu untuk memberikan informasi tentang dunia kerja. Disertai dengan adanya stand-stand informasi tentang berbgai universitas. Dalam acara itu, seringkali terjadi dialog dan tanya jawab antara sesama orang tua, dimana ketika ada orang tua yang mengetahui informasi tentang dunia perkuliahan atau dunia kerja, mereka tak segan untuk berbagi.
Sebagai contoh ketika ada yang bertanya tentang tata cara agar bisa sekolah di jepang dan memperoleh beasiswa, kebetulan ada orang tua yang bekerja di kedutaan Jepang dan beliau memaparkan sejelas2nya tentang hal tersebut.

Acara2 di atas adalah sedikit dari berbagai macam usaha Bu Rini agar siswa minimal mengetahui jalur apa saja yang ada serta apa yang harus dipersiapkan. Saya semakin tercengang, ketika mengetahui bahwa beliau tak hanya menjadi guru BK bagi Insan Cendekia, tetapi juga menjadi guru BK untuk sekolah sekolah lain yang masih minim informasi. Banyak siswa dari sekolah lain yang berkonsultasi dengan beliau melalui telepon dikarenakan di sekolah mereka sama sekali tidak ada informasi tentang dunia perkuliahan. Benarkah di sekolah-sekolah lain tidak banyak informasi sebanyak yang saya peroleh?

Terakhir saya bertemu, beliau sedang dalam perjalanan menuju ke sekolah diluar Insan Cendekia Serpong. “Anak2 sekolah lain juga berhak tau, nak..karena mereka juga anak Indonesia..anak bangsa.” kata beliau ketika saya bertanya kenapa harus repot2 pergi ke sekolah lain.

Di akhir masa SMA, beliau selalu mempunyai data tentang semua anak Insan Cendekia dan kemana jalur yang mereka tempuh. Sudah diterima di universitas A, universitas B, C, D dan lain-lain.

Bu Rini. Beliau sangat bahagia ketika berhasil membantu anak didiknya untuk menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Semoga Allah selalu meridhoi dan memberi kesehatan kepada beliau. Karena masih banyak anak bangsa yang harus diberikan informasi tentang berbagai pilihan untuk masa depannya. Masa depan yang cerah tentunya 🙂 aamiin.

Recent Posts

  • The Making of Dormi(s)tory
  • Kuliah di S2 Administrasi Rumah Sakit Unair (part 1)
  • Aplikasi BNI Mobile (10)
  • Aplikasi Trello (9)
  • Aplikasi Evernote (8)

Archives

  • February 2019
  • July 2018
  • May 2018
  • April 2018
  • January 2018
  • November 2017
  • September 2017
  • August 2017
  • July 2017
  • June 2017
  • May 2017
  • April 2017
  • March 2017
  • February 2017
  • January 2017
  • December 2016
  • September 2016
  • August 2016
  • July 2016
  • June 2016
  • February 2016
  • January 2016
  • December 2015
  • November 2015
  • October 2015
  • September 2015
  • July 2015
  • April 2015
  • February 2015
  • January 2015
  • November 2014
  • September 2014
  • July 2014
  • March 2014
  • February 2014
  • January 2014
  • October 2013
  • February 2013
  • December 2012
  • November 2012
  • July 2012
  • June 2012
  • April 2012
  • March 2012
  • February 2012

Categories

  • around the world
  • beauty of Islam
  • books
  • doctor
  • family
  • hospital life
  • Indonesia Medika
  • Institut Ibu Profesional
  • lesson from lecture
  • opinion
  • quotes
  • review
  • social life
  • Uncategorized

Top Posts & Pages

  • Bila Suamimu Seorang Dokter
  • Mengapa Harus Insan Cendekia?
  • Kuliah di S2 Administrasi Rumah Sakit Unair (part 1)
  • Bila Istrimu Seorang Dokter

Twitter Updates

Error: Twitter did not respond. Please wait a few minutes and refresh this page.

Blog at WordPress.com.

Cancel
Privacy & Cookies: This site uses cookies. By continuing to use this website, you agree to their use.
To find out more, including how to control cookies, see here: Cookie Policy