Apa yang paling dekat dalam hidup kita? Kematian. Adakah sesuatu yang pasti dalam hidup ini? Ada. Kematian.
Kita tahu bahwa setiap orang pasti mati. Dan bagi yang belum, hanya menunggu giliran saja. Namun acapkali saat berita itu datang, kita tersentak. Tidak mengira itu akan terjadi begitu cepatnya.
Tiga hari yang lalu saya mendengar kabar bahwa seorang dosen forensik FK UNAIR, dr.Warih Wilianto, Sp.KF meninggal dunia dalam sebuah kecelakaan lalu lintas. Seketika itu juga ingatan saya terhempas pada memori yang saya miliki tentang beliau.
Forensik adalah stase koas kedua saya setelah kulit kelamin. Stase surga. Begitu kata kakak kelas. Karena disana kita banyak “bermain”. Meski tugas tetap menumpuk untuk menunggu dikerjakan.
Setiap pagi kami dipimpin morning report oleh beliau. Untuk kelompok yang kemarin sedang berjaga, merekalah yang akan mempresentasikan kasus pada pagi harinya.
Beliau suka sekali berbagi ilmu kepada kami. Berbagi pengalaman, tidak hanya tentang ilmu forensik. Akan tetapi juga sikap kita saat berhadapan dengan kasus tersebut.
Beliau akan tegas sekali dalam masalah kehadiran. Jam 08.00 pagi harus absen fingerprint, baru bisa pulang jam 14.00. Hari Minggu pun tetap masuk. Sampai-sampai diberi panggilan “tahanan kota” untuk koas yang stase forensik. Karena kita mutlak nggak bisa keluar kota.
Adalah hal yang wajar bila seorang dosen sulit untuk ditemui karena mereka sibuk. Kebalikan dengan beliau, dr.Warih hampir selalu bisa ditemui karena setiap hari selalu hadir di Departemen Forensik.
Saat beliau menjadi pembimbing dalam pengerjaan tugas, tidak pernah sedikitpun mempersulit mahasiswa. Mereka akan berusaha dimudahkan dengan segala cara yang halal.
Bila mengendarai mobil mewah adalah hal yang lumrah bagi seorang dokter, untuk beliau cukup dengan mengendarai motor saja. Tidak perlu bermewah-mewahan.
Siapapun yang pernah menjalani stase koas Forensik di RSUD dr. Soetomo Surabaya, hampir semua sepakat bahwa dr.Warih adalah dosen forensik terbaik disana.
Tanpa saya sadari, saya pernah menulis tentang beliau di blog saya. Hari saat beliau meninggal dunia, saya mencari foto beliau di internet namun tidak bisa ditemukan. Saya justru menemukan banyak sekali foto saya di google. Saya tidak merasa curiga. Namun keesokan harinya saat menyadari traffic blog naik, saya terkejut dengan keyword yang paling sering muncul pada hari itu. Hampir semua yang singgah di blog saya, mencari informasi tentang dr.Warih.
Saya ingin mempersembahkan tulisan ini untuk beliau. Seseorang yang saya kagumi. Seseorang yang sangat berdedikasi untuk anak didiknya. Bahwa beliau sangat layak untuk dikenang. Bahwa ilmu yang telah beliau ajarkan kepada kami, semoga akan menjadi ilmu yang bermanfaat dengan pahala yang terus mengalir.
Sesungguhnya dedikasi beliau tidak pernah mati.
Allaahummaghfirlahu warhamhu wa’aafihi wa’fu’anhu
Allahumma laa tahrimnaa ajrohu wa laa taftinna ba’dahu waghfirlanaa wa lahu