Tags
14 februari, cinta kakek nenek, cinta sejati, hari kasih sayang, kado valentine, pernikahan bahagia, valentine
Akung lagi disuapin makan sama mbah putri.
A : “Aku udah kenyang. Sisanya buat kamu aja”.
M : “Lha Akung baru makan sedikit kok udah kenyang”.
A: “Iya aku udah kenyang. Kamu makano juga”.
(Akung selalu tidak menghabiskan makanannya supaya mbah putri bisa makan juga).
F : Dan saya hanya melihat sambil…
Di lain episode,
F : “Mbah Putri, makan dulu yuk”.
M : “Nanti aja habis Mbah Kung mu makan”. Sambil masih tetep megangin tangan akung.
Waktu akung sakit, siapa yang selalu di samping akung? Mbah putri.
Iya anak-anaknya ada. Cucu bahkan cicit juga ada. Tapi cuma mbah putri yang nggak pernah lelah. Yang selalu menomorsatukan akung di atas diri beliau.
Tujuh puluh tahun bersama bukanlah waktu yang pendek. Maka benarlah bila ingin mengetahui hakikat cinta sejati, lihatlah beliau-beliau yang sudah mencapai usia senja. Saat fisik sudah memudar, saat yang tersisa hanya waktu untuk bersama.
Apalah saya yang baru menikah kemarin sore. Yang kalau lapar masih makan duluan. Yang kalau ngantuk masih tidur duluan.
Mungkin mbah putri sudah tidak kuat lagi menuntun akung ke kamar mandi. Membantu akung mandi. Tapi jiwa beliau masih kokoh untuk menggerakkan tangannya mengenggam akung. Meyakinkan akung bahwa apapun yang terjadi, beliau tetap di samping akung.
Usia beliau berdua sudah menginjak 90 tahun. Sudah bukan jamannya lagi menggombal. Membuat keromantisan yang dibuat-buat. Apa yang terjadi adalah kumpulan dari komitmen yang terbentuk semenjak menikah. Bahwa istri taat pada suami. Bahwa suami menyayangi istri.
Tidak mungkin mbah putri akan setia menemani akung yang sakit, bila saat beliau sakit akung tidak menemani. Tidak mungkin mbah putri bisa bertahan mendoakan, bila akung juga tidak menjadi imam yang baik.
Seseorang yang bertahan di sisi mu saat kamu terpuruk, berhak untuk menemanimu di saat terbaik.
Ingin dicintai sepenuh hati? Mencintailah dengan sepenuh hati. Penuh keikhlasan. Tanpa ekspektasi. Saya tahu itu sulit. Saya pun masih belajar. Tapi harus diusahakan setiap hari. Berulang kali hingga mati.
Pernah suatu kali bude saya bercerita.
“Akung dulu waktu naik haji tahun 1956, ngirim surat ke Mbah Putri. Tulisannya, kepada adindaku tercinta…”
Hal-hal kecil seperti itulah yang akan menjadi kisah untuk anak cucu. Bahwa cinta mereka ada. Tidak padam walau menua.
Mencintai setiap hari. Kurang bukti apalagi? Tidak perlu dirayakan dengan hari kasih sayang. Memberi coklat. Bahkan mendekati zina. Naudzubillah. Hakikat menyayangi tak cuma sehari. Bukan tentang apa yang kau beri pada hari itu. Tapi apa yang kau lakukan sejak menikah hingga mati.
Jadi, jika kamu sungguh-sungguh ingin menyayangi, sayangilah dirimu dahulu. Menikahlah dengan jodoh terbaik. Kemudian berikan cintamu kepadanya. Cintai kelebihannya, cintai kekurangannya. Belajar dari yang telah berhasil mencinta. Jangan belajar dari kawanmu yang juga belia yang tidak jelas kemana arahnya.
Semoga cinta akung, cinta kita, berlanjut hingga ke surga.